Rabu, 13 Oktober 2010

Physical Evidence

LANDASAN TEORI Lingkungan kerja merupakan salah satu hal yang penting untuk mendukung jalannya proses pencapaian tujuan perusahaan. Jika keadaan lingkungan disekitar karyawan kurang baik maka hal tersebut akan membuat karyawan tidak dapat melaksanakan segala pekerjaan secara optimal. Lingkungan fisik merupakan bagian dari lingkungan kerja, namun lingkungan fisik hanya mencakup setiap hal dari fasilitas baik diluar maupun di dalam perusahaan. Setiap badan usaha berusaha untuk menciptakan tampilan fisik yang baik di mata konsumen karena kesan konsumen terhadap suatu perusahaan akan mempunyai pengaruh yang penting bagi perusahaan tersebut. Dengan adanya penampillan fisik yang baik maka perusahaan tersebut akan mampu menarik lebih banyak konsumen. Hal tersebut sesuai dengan pengertian Physical Evidence yang akan dijabarkan lebih lanjut. A. PENGERTIAN PHYSICAL EVIDENCE Physical evidence atau kita kenal dengan kata lain “bukti fisik” ini yaitu merupakan suatu hal yang mempengaruhi kepuasan konsumen untuk membeli dan menggunakan barang atau jasa yang ditawarkan. Bukti fisik adalah lingkungan fisik perusahaan tempat jasa diciptakan dan tempat penyediaan jasa serta konsumen berinteraksi, ditambah elemen tangible yang digunakan untuk mengkomunikasikan atau mendukung peranan jasa itu. Berdasarkan penjabaran tersebut dapat di simpulkan bahwa Bukti fisik adalah struktur fisik dari sebuah perusahaan yang merupakan komponen utama dalam membentuk kesan sebuah perusahaan. Bukti fisik memiliki peranan penting untuk menarik minat konsumen agar datang ke suatu perusahaan dan melakukan pembelian. B. UNSUR-UNSUR PHYSICAL EVIDENCE Unsur-unsur ini sangat diperlukan dalam memajukan perusahaan, karena hal ini dapat mempengaruhi penilaian pelanggan terhadap jasa perusahaan. Unsur-unsur yang termasuk ke dalam physical evidence, antara lain : 1. Lingkungan Fisik (servicescapes) Dalam sebuah operasi kerja diperlukan penyeleksian operator kerja yang memenuhi syarat sehat fisik dan psikologis serta memiliki skill yang menunjang, tetapi tanpa adanya lingkungan fisik kerja yang baik maka akan timbul berbagai masalah dalam operasi kerja. Manusia sebagai makhluk sempurna tetap tidak luput dari kekurangan, dalam arti segala kemampuannya masih dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari dalam perusahaan (interior), dan dapat juga dari luar perusahaan (eksterior). Hal-hal tersebut dapat berpengaruh secara signifikan terhadap hasil kerja manusia. Lingkungan fisik dibagi menjadi dua, yaitu : a. Lingkungan Eksterior Merupakan lingkungan atau penampilan luar dari sebuah perusahaan yang dapat menarik perhatian konsumen untuk melakukan pembelian. Oleh karena itu dalam mendesain bagian luar perusahaan harus memperhatikan seperti :  Desain eksterior Eksterior selalu dikaitkan dengan seni atau keindahan, dimana eksterior adalah cerminan awal dari pengunjung dalam beraktivitas pada sebuah bank. Eksterior memiliki peran yang sangat penting untuk menimbulkan kesan nyaman bagi pengunjung dalam beraktivitas.  Signage Signage adalah setiap jenis grafik visual dibuat untuk menampilkan informasi kepada khalayak tertentu. Ini biasanya diwujudkan dalam bentuk informasi jalan yang dicari ditempat-tempat seperti jalan-jalan atau di dalam/di luar bangunan. Tanda-tanda ini ditampilkan pada eksterior dan interior yang digunakan sebagai label (nama perusahaan, departemen, dll) untuk penunjuk arah (seperti pintu masuk) dan menyampaikan aturan-aturan perilaku (tidak merokok, anak-anak harus disertai orang dewasa).  Area parkir Fasilitas parkir untuk umum di luar badan jalan dapat berupa taman parkir dan/atau gedung parkir. Penetapan lokasi dan pembangunan fasilitas parkir untuk umum, dilakukan dengan memperhatikan rencana umum tata ruang daerah, keselamatan dan kelancaran lalu lintas, kelestarian lingkungan, dan kemudahan bagi pengguna jasa. Penyelenggaraan fasilitas parkir untuk umum dilakukan oleh pemerintah, badan hukum negara atau warga negara. Penyelenggara fasilitas parkir untuk umum dapat memungut biaya terhadap penggunaan fasilitas yang diusahakan.  Landscape Pemandangan terdiri dari fitur yang terlihat seperti luas tanah, termasuk elemen-elemen fisik seperti bentang alam, unsur-unsur hidup flora dan fauna, unsur-unsur abstrak seperti pencahayaan dan kondisi cuaca, dan unsur-unsur manusia seperti aktivitas manusia dan lingkungan binaan. b. Lingkungan Interior Merupakan penampilan di dalam sebuah perusahaan. Dalam merancang lingkungan interior harus dapat menampilkan suasana yang nyaman dan aman bagi pelanggan. Fasilitas yang mempengaruhi terbentuknya suatu lingkungan fisik yang berasal dari dalam antara lain :  Desain interior Adalah profesi yang kreatif dan solusi - solusi teknis yang diterapkan dalam struktur yang dibangun untuk mencapai lingkungan interiornya. Desain di ciptkan sebagai respon terhadapdan terkoordinasi dengan kode dan persyaratan peraturan dan mendorong prinsip – prinsip lingkungan yang ada di dalam ruangan.  Peralatan Adalah segala keperluaan yang digunakan manusia untuk mengubah lingkungan sekitar, termasuk dirinya dan orang lain, dengan menciptakan alat-alat sebagai sarana dan prasarana. Oleh karena itu, peralatan merupakan hasil dari teknologi yang diciptakan manusia untuk membuat sesuatu, memakai dan memeliharanya untuk menopang dan mempermudah kebutuhan hidup manusia tersebut. Perbekalan kantor merupakan sarana penting untuk menghasilkan pekerjaan kantor, tanpa ada perbekalan kantor tidak mungkin kantor menghasilkan sesuatu, karena pegawai kantor bekerja untuk mengolah bahan dengan sarana dan dengan peralatan kantor yang ada.  Signage Adalah setiap jenis grafik visual dibuat untuk menampilkan informasi kepada khalayak tertentu. Signage adalah setiap jenis grafik visual dibuat untuk menampilkan informasi kepada khalayak tertentu. Ini biasanya diwujudkan dalam bentuk informasi jalan yang dicari ditempat-tempat seperti jalan-jalan atau di dalam/di luar bangunan. Tanda-tanda ini ditampilkan pada eksterior dan interior yang digunakan sebagai label (nama perusahaan, departemen, dll) untuk penunjuk arah (seperti pintu masuk) dan menyampaikan aturan-aturan perilaku (tidak merokok, anak-anak harus disertai orang dewasa).  Tata Ruang Tata ruang mengacu pada cara-cara penyusunan mesin-mesin, peralatan, dan perabotan sesuai ukuran, bentuk dan fungsinya untuk memfasilitasi tercapainya tujuan pelanggan dan karyawan. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya suatu lingkungan fisik yang berasal dari dalam adalah semua keadaan yang terdapat disekitar tempat kerja antara lain yaitu :  Penerangan (Lighting) Berdasarkan penelitian, cahaya lampu yang tidak memadai akan berpengaruh negatif terhadap ketrampilan kerja. Dalam melaksanakan tugas sering kali karyawan membutuhkan penerangan yg cukup, apalagi bila pekerjaan yang dilakukan tersebut memiliki ketelitian. Penerangan atau cahaya lampu harus pula disesuaikan dengan ukuran ruangan kerja serta kondisi mata karyawan. Penerangan memiliki manfaat yang sangat besar bagi karyawan yaitu untuk proses kelancaran kerja, karena penerangan atau cahaya yang kurang cukup terang dapat menggangu penglihatan karyawan menjadi tidak jelas pada saat bekerja. Sehinnga pekerjaan mereka akan menjadi terhambat, banyak mengalami kesalahan, serta menjadi kurang efisien didalam melaksanakan dan menjalankan pekerjaan-pekerjaaan tersebut pada akhirnya tujuan perusahaan yang diharapkan akan sulit untuk dicapai. Oleh sebab itu perlu dipaerhatikan adanya penerangan atau cahaya yang cukup terang dan tidak menyiilaukan mata.  Temperatur Temperatur dan kelembaban dapat mempengaruhi semangat kerja kondisi fisik dan emosi yang dapat mempengaruhi motivasi kerja kerja karyawan. Temperature antara 73o F sampai 77o F cocok untuk ruang kerja dengan kelembaban antara 25% hingga 50%. Temperature yang terlalu panas atau terlalu dingin dapat mempengaruhi kondisi fisik dan emosi karyawan.  Sirkulasi Udara Jika kondisi didalam kantor yang kemungkinan penuh dengan karyawan sangatlah perlu diperhatikan adanya pertukaran udara yang cukup terutama didalam ruangan kerja. Karena adanya pertukaran udara yang cukup akan memberikan kesegaran fisik bagi karyawan. Sebaliknya kurangnya pertukaran udara akan menyebabkan turunnya semangat kerja karyawan,sehingga tidak ada motivasi didalam melakukan tugas dan pekerjaan mereka.  Kebisingan Kebisingan yaitu bunyi yang tidak dikehendaki oleh telinga. Tidak dikehendaki, karena dengan adanya kebisingan maka konsentrasi dalam berkerja akan terganggu. Sehingga pekerjaan yang dilakukan akan mengalami banyak kesalahan atau rusak. Dalam jangka panjangnya bunyi tersebut dapat menggangu ketenangan bekerja, merusak pendengaran, dapat terjadi kesalahan dalam berkomunikasi dan akan berpengaruh pada emosi karyawan.  Bau-bauan Adanya bau-bauan yang dipertimbangkan sebagai “polusi” akan dapat mengganggu konsentrasi pekerja. Temperatur dan kelembaban adalah dua factor lingkungan yang dapat mempengaruhi kepekaan penciuman. Pemakaian air conditioning yang tepat adalah salah satu cara yang dapat digunakan untuk menghilangkan bau-bauan yang mengganggu sekitar tempat kerja.  Pewarnaan Warna ruang kantor yang serasi dapat meningkatkan produksi, meningkatkan moral kerja dan menurunkan terjadinya kesalahan kerja. Penentuan warna dalam ruang kerja sangat mempengaruhi perilaku kerja. Oleh karena itu, pemilihan warna parlu disesuaikan dengan luas ukuran ruangan dan kondisi fisik ruang. Hal ini dapat dimaklumi karena warna mempunyai pengaruh besar terhadap perasaan. Sifat dan pengaruh warna kadang – kadang menimbulkan rasa senang, sedih, dan lain-lain, karena dalam sifat warna dapat merangsang perasaan manusia. Di bawah ini terdapat daftar beberapa warna yang dapt mempengaruhi perasaan manusia. WARNA SIFAT PENGARUH UNTUK RUANG / KERJA 1. Merah 2. Kuning 3. Biru Dinamis, merangsang, dan panas Keangunagn, bebas, hangat Tenang, tentram, Dan sejuk Menimbulkan semangat kerja Menimbulkan rasa gembira dan merangsang urat syaraf mata Mengurangi tekaanan atau ketegangan Pekerjaan sepintas / singkat Gang – gang jalan lorong Berfikir konsentrasi  Musik Penggunaan musik pada jam kerja ternyata berpengruh positif terhadap semangat kerja dan peningkatan produksi. Bahkan penggunaan musik pun dapat menurunkan tinggat absensi dan mengurangi kelelahan dalam bekerja. Efektif tidaknya musik di gunakan dalam jam kerja, bergantung pada jenis music yang di mainkan oleh karena itu penggunaan musik kerja perlu di sesuaikan dengan kesukaan karyawan dan kondisi ruang kerja.  Kebersihan Lingkungan yang bersih dapt menimbulkan perasaan yang nyaman dan senang sehingga dapat mempengaruhi semangat kerja seseorang. 2. Lingkungan Pendukung Perusahaan lain yang berwujud  Kartu nama (business card) adalah sebuah keharusan bagi seorang profesional. Dengan kartu nama, seseorang membuka diri bahwa dirinya siap mengeksplorasi peluang. Karena itu, kartu nama vital untuk memperluas jaringan. ”Kartu nama adalah strategi marketing kita kepada semua orang. Seorang profesional wajib memiliki kartu nama. Kartu nama hendaknya diberikan kepada siapa pun yang berhasil kita jumpai dan memiliki kepentingan dengan kita,” jelas Indayati Oetomo, International Director, John Robert Powers Indonesia.  Brosur, pamflet, dan buklet adalah terbitan tidak berkala yang dapat terdiri dari satu hingga sejumlah kecil halaman, tidak terkait dengan terbitan lain, dan selesai dalam sekali terbit. Halamannya sering dijadikan satu (antara lain dengan stapler, benang, atau kawat), biasanya memiliki sampul, tapi tidak menggunakan jilid keras. Menurut definisi UNESCO, brosur adalah terbitan tidak berkala yang tidak dijilid keras, lengkap (dalam satu kali terbitan), memiliki paling sedikit 5 halaman tetapi tidak lebih dari 48 halaman, di luar perhitungan sampul.  Halaman web adalah suatu dokumen atau sumber informasi yang sesuai untuk World Wide Web dan dapat diakses melalui web browser dan ditampilkan di layar komputer.  Seragam adalah seperangkat pakaian standar yang dikenakan oleh anggota suatu organisasi sewaktu berpartisipasi dalam aktivitas organisasi. Seragam modern dikenakan oleh angkatan bersenjata dan organisasi-organisasi paramiliter seperti polisi, layanan darurat, satpam, di beberapa tempat kerja dan sekolah-sekolah dan oleh narapidana di penjara.  Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Laporan keuangan adalah bagian dari proses pelaporan keuangan 3. Pengaruh Physical Evidence dalam Kualitas Jasa Reliability (reliabilitas), yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan yang akurat sejak pertama kali tanpa membuat kesalahan apapun dan menyampaikan jasanya sesuai dengan waktu yang disepakati. Responsiveness (daya tanggap), yaitu respon atau kesigapan karyawan dalam membantu pelanggan dan memberikan pelayanan yang cepat dan tanggap, meliputi: kesigapan karyawan dalam melayani pelanggan, kecepatan karyawan dalam menangani transaksi, dan penanganan keluhan pelanggan. Assurance (Jaminan), yakni perilaku karyawan mampu menumbuhkan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan dan perysahaan bias menciptakan rasa aman bagi para pelanggan terhadap perusahaan dan perusahaan bias menciptakan rasa aman bagi para pelanggannya. Jaminan juda berarti bahwa para karyawan selalu bersikap sopan dan menguasai pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk menangani . Dimensi kepastian/jaminan ini merupakan gabungan dari dimensi:  Kompetensi (Competence), artinya keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki oleh para karyawan untuk melakukan pelayanan.  Kesopanan (Courtesy), yang meliputi keramahan, perhatian, dan sikap para karyawan.  Kredibilitas (Credibily), meliputi hal-hal yang berhubungan dengan kepercayaan kepada perusahaan, seperti reputasi, prestasi, dan sebagainya. Empathy (empati), yaitu perhatian individual yang diberikan perusahaan kepada pelanggan seperti kemudahan untuk menghubungi perusahaan, kemampuan karyawan untuk berkomunikasi dengan pelanggan, dan usaha perusahaan untuk memahami keinginan dan kebutuhan pelanggannya. Dimensi ini merupakan penggabungan dari dimensi:  Akses, meliputi kemudahan untuk memanfaatkan jasa yang ditawarkan perusahaan.  Komunikasi, merupakan kemampuan melakukan komunikasi untuk menyampaikan informasi kepada pelanggan atau memperoleh masukan dari pelanggan.  Pemahaman pada pelanggan, meliputi usaha perusahaan untuk mengetahui dan memahami kebutuhan dan keinginan pelanggan. Tangibles (bukti fisik), meliputi penampilan fasilitas fisik seperti gedung dan ruangan front office, tersedianya tempat parkir, kebersihan, kerapihan dan kenyamanan ruangan, kelengkapan peralatan komunikasi, dan penampilan karyawan. Physical Evidence pada Bank Tabungan Negara Persero Tbk Untuk meningkatkan kualitas pelayanan Bank Tabungan Negara, dibutuhkan Physical Evidence atau Bukti fisik yang bertujuan untuk mencapai kepuasan nasabah. Oleh karena itu strategi BTN salah satunya adalah dengan memberikan fasilitas exelent berupa kenyamanan.meliputi lingkungan fisik perusahaan tempat jasa diciptakan dan tempat penyediaan jasa serta konsumen berinteraksi, ditambah elemen tangible yang digunakan untuk mengkomunikasikan atau mendukung peranan jasa itu. Unsur – unsur bukti fisik pada bank BTN diberikan antara lain : 1. Lingkungan fisik ( servicecape ) Lingkungan fisik yang di miliki oleh BTN adalah sebagai berikut: a) Lingkungan eksterior Fasilitas – fasilitas yang termasuk ke dalam lingkungan eksterior pada PT. BTN adalah: a. Signage Gambar a.1 Pemasangan baliho Bank BTN Pemasangan baliho ini bertujuan agar masyarakat dapat melihat dan mengetahui lokasi BTN,dan dijadikan sebagai identitas BTN. Gambar a.2 billboard Bank BTN Pemasangan billboard sebagai media promosi. Ini bertujuan agar masyarakat dapat tertarik dengan produk dan fasilitas yang disediakan oleh BTN b. Area Parkir Gambar b.1 Area parkir Bank BTN yang umumnya selalu ada didepan gedung Bank BTN. Fasilitas area parkir BTN terletak didepan karena untuk mempermudah nasabah dalam memarkir kendaraanya. Jadi nasabah tidak perlu berputar-putar kebelakang. c. Landscape Gambar c.1 Landscape Bank BTN Landscape ini bertujuan untuk memperindah dan memberikan kenyamanan. d. Gedung PT. Bank Tabungan Negara Gambar d.1 gedung Bank BTN Kantor Cabang dan Kantor Pusat. Bangunan BTN memiliki ciri khas yang samapada setiap bangunan didepanya, yaitu pilar berbentuk Segilima yang merupakan logo dari BTN yang memiliki filosofi rumah lebah. e. Logo Gambar e.1 Logo Bank BTN Logo BTN mengambil pola segi enam. Pola ini mengambil bentuk sarang lebah, yang menyiratkan adanya kegiatan menabung pada masyarakat, sebagaimana halnya lebah yang selalu menyimpan madu perolehannya. Dengan lambang ini, BTN melaksanakan pembagunan nasional dengan mengerahkan dana masyarakat berbentuk tabungan, disamping itu pola ini menyiratkan "atap rumah" yang menjadi citra dan misi utama BTN, sebagai pelaksana KPR bagi masyarakat. b) Lingkungan Interior a. Ruang Teller Gambar a.1 Ruang teller Bank BTN kantor cabang Gambar a.2 ruang teller Bank BTN Kantor Pusat Ruangan teller BTN juga memiliki ciri khas pada setiap meja teller yaitu menggunakan marmer berwanrna gelap dan terdapat pembatas antrian yang berfungsi agar nasabah dapat mengantri dengan tertib. b. Ruang Customer Service Gambar b.1 Ruang Customer service Bank BTN Ruangan ini berfungsi untuk melayani nasabah yang ingin mengetahui informasi tentang produk dan jasa pada BTN. Seperti pembukaan tabungan, giro, deposito, dan lain-lain c. Ruang Tunggu Gambar c.1 Ruang tunggu nasabah Bank BTN Ruang tunnggu merupakan pelayanan yang diberikan kepada nasabah yng ingin menggunakan jasa bank. Hal ini bertujuan agar nasabah tidak berdiri. d. Bentuk Tangga rumah yang menyerupai bentuk tangga Bank BTN cabang Depok Gambar d.1 Bentuk Tangga rumah yang menyerupai bentuk tangga Bank BTN cabang Depok. 2. Lingkungan Pendukung Perusahaan lain yang berwujud  Kartu Nama Perusahaan (bussines card) Gambar 2.1 Kartu Nama Karyawan BTN Kartu nama berguna sebagai pengenal dan identitas.  Halaman WEB Gambar 2.2 Halaman Web BTN Halaman Web in berguna untuk mempermudah nasabah dalam mendapatkan informasi, jadi nasabah tidak perlu datang langsung ke bank, dapat mengakses melalui internet.  Brosur, pamflet, dan buklet Gambar 2.3 Pamflet BTN Pamflet bertujuan untuk media promosi Gambar 2.4 Booklet Booklet bertujuan untuk media promosi Gambar 2.5 Brosur BTN Brosur bertujuan untuk media promosi  Seragam Gambar 2.6 Seragam teller BTN Gambar 2.7 Seragam teller BTN Warna-warna pada seragam BTN memiliki sebuah arti. Warna kuning menggambarkan keagungan, bebes, dan hangat yang dapat menimbulkan rasa gembira dan merangsang urat saraf mata, warna biru menggambarkan sebuah ketenangan,ketentraman, dan kesejukan yang mengurangi tekaanan atau ketegangan dan berpengaruh pada pola berfikir dan konsentrasi. Kesimpulan Bukti fisik merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya kepada pelanggan. Dengan penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana fisik yang disediakan oleh perusahaan maka diharapkan akan dapat meningkatkan kepuasan dari para pelanggan yang menggunakan jasa dari perusahaan tersebut. Bukti fisik juga turut membuat service menjadi menarik konsumen dalam melakukan kegiatan transaksinya. Sebagai contohnya dapat dilihat dari tempat dimana jasa tersebut ditawarkan atau dengan kata lain kondisi fisik dimana jasa dipasarkan yaitu gedung serta lokasi. Bukti fisik sangat penting untuk posisi dan memperkuat penampilan karena terhadap bukti fisik ini nasabah siap untuk mengidentifikasi dan membandingkannya dengan jasa lainnya, dan dengan penampilan yang bagus maka akan memeberi nilai tambah bagi perusahaan dan juga membuat para nasabah senang dan betah bila kondisi tempat perusahaan itu benar memberikan suasana yang nyaman. Bukti fisik juga turut membuat services menjadi menarik nasabah dalam melakukan kegiatan transaksinya, sebagai contoh dapat di lihat dari tempat dimana jasa di pasarkan yaaitu gedung serta lokasi. Bila lokasi tempat jasa itu berada tidak menarik atau rusak, kotor, maka akan mengurangi nilai tambah dari jasa yang di tawarkan tadi. Kemampuan lingkungan fisik dalam mempengaruhi perilaku dan dalam menciptakan penampilan jelas terlihat pada bisnis jasa seperti hotel, restaurant, rumah sakit, toko retail, kantor – kantor professional, dan bank. Pada Bank Tabungan Negara telah memberikan fasilitas fisik berupa bukti berwujud maupun tidak berwujud dengan baik. Hal ini di aplikasikan dengan adanya fasilitas eksterior (signage, parkir,dan landscape),fasilitas interior ( signage dan layout) serta fasilitas pendukung perusahaan lainnya.seperti seragam, kartu nama, brosur, web,dan laporan keuangan. Ini semua dapat memberikan kenyamaanan dan kemudahan bagi karyawan dan nasabah dalam melakukan transaksi. Semua itu dilakukan oleh bank BTN untuk memeberikan pelayanan yang terbaik dalam mencapai kepusan pelanggan sehingga BTN dapat di kenal sebagai bank yang memiliki kredibilitas baik dalam pelayanan nasabah .

Sabtu, 09 Oktober 2010

Gigi menjadi Sehat setelah konsultasi ke Dokter Gigi

Perawatan gigi adalah upaya yang dilakukan agar gigi tetap sehat dan dapat menjalankan fungsinya. Gigi yang sehat adalah gigi yang bersih tanpa adanya lubang.

Namun tidak hanya itu, gigi yang sehat juga akan memancarkan energi positif sehingga si Pemiliknya menjadi sangat menarik.

Mengapa gigi harus dirawat?
Begitu pentingnya gigi bagi manusia sehingga gigi perlu dirawat dengan benar. Berikut pentingnya gigi dirawat, antara lain:

* Gigi merupakan salah satu organ penting pencernaan. Gigi digunakan untuk mengunyah makanan sebelum masuk ke saluran pencernaan. Jika gigi mengalami gangguan, akan terganggu pula proses pencernaannya.
* Gigi yang bermasalah dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
* Gigi yang tidak terawat sehingga terkena infeksi dapat menimbulkan penyakit yang lainnya, seperti:
Penyakit jantung dan pembuluh darah
o paru
o gula
o stroke
o kanker
* Sisa makanan yang masih ada di gigi menyebabkan aktivitas bakteri berlebihan sehingga mulut mengeluarkan bau yang kurang sedap.
* Gigi juga berfungsi sebagai keindahan. Gigi adalah komponen lain dalam kecantikan selain kulit tubuh, kulit wajah, mata, bibir, dll. Oleh karena itu, setiap orang ingin punya senyum memikat dengan gigi yang sehat.


Cara-cara Perawatan Gigi
Merawat gigi perlu dilakukan sedini mungkin. Langkah-langkah yang dilakukan dalam merawat gigi adalah sebagai berikut:

* Gosok gigi minimal 2 kali sehari.
* Ganti sikat gigi 3-4 bulan sekali. Pilih sikat gigi yang bulunya lembut dengan kepala sikat yang dapat menjangkau semua bagian gigi.
* Jangan lupa sikat lidah, yang merupakan tempat berkumpulnya bakteri yang dapat menyebabkan bau mulut.
* Gunakan pasta gigi yang mencantumkan ADA untuk memastikan kandungan fluoride cukup untuk mencegah lubang dan kerusakan gigi.
* Gunakan obat kumur.
* Benang gigi, pengunaan benang gigi sekali sehari dianjurkan untuk mengangkat plak yang tidak dapat disentuh sikat gigi dan obat kumur.
* Permen karet tanpa gula, mengunyah permen karet tanpa gula dapat meningkatkan aliran air liur yang dapat membersihkan partikel makanan dan asam penyebab kerusakan gigi.
* Hindari makanan yang banyak mengandung gula dan manis, seperti sirup, permen, dan cokelat.
* Minum air setelah makan.
* Biasakanlah untuk makan buah-buahan segar. Selain baik untuk kesehatan, seratnya dapat membantu menghilangkan kotoran yang ada di gigi.
* Makanlah makanan yang seimbang dan kaya kalsium, seperti susu, keju, telur, teri, bayam, katuk, sawi, dan agar-agar.


Konsultasi ke Dokter Gigi
Pada kenyataannya, perawatan gigi yang dilakukan secara personal (menyikat gigi dll.) tidaklah cukup. Gigi juga memerlukan perawatan secara profesional, terlebih pada gigi sensitif atau gigi yang telah terlanjur mengalami kerusakan, misalnya, gigi berlubang.

* Periksa setiap 6 bulan sekali
Oleh karena itu, sangat dianjurkan untuk memeriksakan gigi ke dokter gigi secara teratur setiap 6 bulan sekali. Konsultasi ke dokter gigi diperlukan untuk mendapatkan tahap-tahap perawatan gigi, terutama pada gigi yang bermasalah.
* Patuhi jadwal perawatan
Jika gigi bermasalah, jangan lupa untuk menanyakan kepada dokter akibat yang mungkin timbul dari tindakan yang dilakukan dokter gigi. Patuhi jadwal perawatan. Jangan ke dokter gigi hanya ketika merasa sakit gigi karena keterlambatan penanganan dapat menyebabkan penyakit yang lebih serius lagi.


http://www.anneahira.com/perempuan/index.htm

Hasil dari Pelayanan Jasa Salon

Bagi wanita yang ingin tampil prima dan selalu cantik, biasanya akan menggunakan perawatan kecantikan di salon. Tentu kadang akan ada kendala biaya yang boleh dikata mahal. Ritual ke salon ini memang seringkali menguras dompet, namun ada tips untuk menyiasati hemat disalon ini.

Sebelum melanjutkan pada tipsnya maka perlu diingatkan bahwa kecantikan wanita yang sesungguhnya sebenarnya bukan hanya pada kecantikan lahiriah, tapi inner beauty juga harus ikut dirawat, mungkin perlu tahu referensi di postingan Letak Kecantikan Wanita Yang Sesungguhnya agar lebih lengkap.

Setelah kecantikan didalam baik, maka sekarang kita mulai tips hemat biaya perawatan kecantikan di salon:

1. Cari Training Salon

Jika Anda hanya ingin treatment rambut, atau manicure - pedicure dengan harga yang terjangkau, coba pilih salon-salon training. Saat ini banyak salon terkemuka yang membuka salon khusus untuk melatih para calon hairstylist atau terapis. Kualitas pelayanan salon training gini gak kalah kok dengan yang sudah profesional.
2. Pilih Salon Murah Meriah
Info Download:

Download Koleksi Film: Upin dan Ipin
Video Sinta and Jojo Dowload Lengkap
Jadwal Imsakiyah Ramadhan 1431 H / 2010

Tips/Trik:

Solusi Jika Gaji Anda Kurang
Cara Membuka Facebook Yang di Blokir
Tips Fellatio Untuk Keharmonisan Suami Istri
Obat Perangsang Wanita Manjur Bergaransi
Cara Download Video Youtube Paling Mudah
Penjelasan Zodiak (Zodiac) Ramalan Bintang
www.warungbebas.com

Kalau tujuan Anda pergi ke salon hanya untuk mendapatkan potongan rambut yang sangat simpel, seperti memotong poni yang sudah terlalu panjang atau ingin potong rambut model lurus tanpa layer, coba minta bantuan ibu atau teman untuk memotongkan rambut Anda. Sehingga Anda tak perlu membayar mahal hairstylist profesional. Atau, pilih saja salon biasa di dekat rumah yang mematok harga standar. Begitu juga untuk creambath, salon-salon yang ada di kawasan perumahan, juga bisa memberikan pelayanan yang memuaskan dengan harga yang lebih murah.
3. Membeli Alatnya Sendiri

Daripada harus menghabiskan uang untuk mem-blow rambut setiap kali Anda pergi, lebih baik Anda membeli alat yang biasa digunakan para hairstylist profesional. Sebab, faktor penting tatanan rambut di salon terlihat istimewa adalah karena kualitas peralatan yang digunakan. Meskipun harga peralatannya mahal, toh, Anda bisa menggunakannya sepanjang waktu tanpa perlu selalu harus ke salon.
4. Perencanaan Perawatan

Salah satu hal yang membuat Anda sering habis uang banyak ketika berada di salon, karena tak adanya perencanaan yang matang. Niat semula yang hanya gunting rambut, tetapi kemudian tergoda rayuan si Mbak Salon, perawatan pun bertambah menjadi highlights, dan mani-pedi. Belum lagi ada embel-embel pemakaian produk tertentu. Tak terasa budget Anda pun membengkak 2 sampai 3 kali lipat. Karena itu, ada baiknya Anda rencanakan lebih dulu perawatan kecantikan apa yang akan Anda lakukan di salon.
5. Ambil Pilihan Paket Perawatan

Ketimbang Anda pulang-pergi ke salon hanya untuk perawatan satuan, lebih baik ambil beberapa perawatan sekaligus dalam satu waktu. Misalnya satu bulan sekali Anda nongkrong di salon untuk hair spa, facial, mani-pedi, dan sebagainya. Dengan begitu, Anda bisa berhemat biaya salon, transportasi, tip, dan makan. Buktikan saja, ini pasti akan terasa penghematannya kalau Anda teliti.
6. Jadilah Member

Bila Anda sudah cocok dengan salon tertentu, dan mendatanginya secara rutin, lebih baik Anda menjadi member salon tersebut. Biasanya ada penawaran menarik untuk anggota, di antaranya mendapat diskon khusus.
7. Di-mix Saja

Ada beberapa perawatan yang bisa disiasati, salah satunya highlights. Sebelum melakukan perawatan ini, cobalah untuk mewarnai sendiri rambut Anda dengan produk yang ada di konter-konter. Setelah itu baru temui penata rambut untuk memberi efek highlights agar hasil pewarnaan Anda maksimal. Dengan cara ini setidaknya Anda hanya perlu mengeluarkan setengah biaya dari proses keseluruhan.
8. Berikan Tip Secukupnya

Jika merasa puas dengan pelayanan penata rambut atau terapis di salon, sah-sah saja memberikan tip. Tapi, tidak perlu berlebihan, beri tip sepantasnya saja, kalau memang kelebihan mendingan untuk disumbangkan ke yayasan sosial saja. Misalnya untuk stylist yang menggunting atau mewarnai rambut Anda, bisa diberikan 10-20 persen dari jumlah biaya treatment.

Sedangkan untuk yang mencuci dan mem-blow rambut cukup berikan Rp 5 ribu - 10 ribu. Bahkan bila pemilik salon sendiri yang menata rambut Anda, tak perlu memberikan tip kepadanya. Yang penting, jangan lupa ucapkan terima kasih kepada mereka yang telah membantu melayani Anda.

Semoga Anda semakin cantik dan semakin banyak tabungannya... hehe.. kan sudah hemat biaya salonnya. Semoga Tips Hemat Biaya Perawatan di Salon ini bermanfaat.

Pelayanan Cleaning Service

Cleaning Services
[Close Box]
PROMO TAHUN 2010

Kami menawarkan paket menarik untuk memenuhi kebutuhan Anda dalam memasarkan produk melalui Internet. Semua paket berlaku untuk kontrak 1 tahun sudak termasuk Domain, Hosting, dan Desain.

Lite Package


Static Package

Dynamic Package


Product Catalog

UDAH GAK ZAMAN PAKAI
TEMPLATE GRATIS!
Desain kami buat sendiri dari awal, bukan mempergunakan
template yang sudah ada.

PT. Dwidarma Guna Utama, bergerak dibidang Pelayana Jasa Kebersihan dan Perawatan, melayani hampir semua kebutuhan mengenai kebersihan dan perawatan interior maupun exterior baik public area maupun private area.

Bidang ini mempunyai cakupan yang luas, dari Perumahan, Gedung Perkantoran, Mall, Rumah Sakit maupun Industi dll.

Adapun pelayanan yang dapat kami berikan adalah MEMBERSIHAKAN dan MERAWAT semua fasilitas gedung interior, seperti : Lantai ( marmer, vynil, keramik, terrazzo, mozaik, batu alam, granite dan kayu ), dinding kaca, karpet, sofa, furniture, AC grill, fasilitas lift, toilet dlsb.

Dan juga fasilitas exterior, antara lain : teras, halaman, lantai parkiran, pertamanan, tempat sampah dlsb.

PT. Dwidarma Guna Utama, mempunyai ruang lingkup pekerjaan Pelayanan Jasa Kebersihan, sebagai berikut :

1. Pelayanan Jasa Kebersihan Gedung / Kantor

1.1 Program Kontrak Pelayanan Jasa Kebersihan ( Contract Cleaning Program ).

1.2 Program Kebersihan Proyek Khusus ( Special Proyect Cleaning Program )

1.3 Program Kebersihan Keseluruhan ( General Cleaning Program )

2. Pelayanan Jasa Kebersihan akan Tanaman dan Pertamanan ( Landscaping )



1. Pelayanan Jasa Kebersihan Gedung / Kantor.

1.1. Pelayanan Kontrak Pelayanan Jasa Kebersihan ( Contract Cleaning Program )

Yaitu pekerjaan kebersihan meliputi pemeliharaan dan perawatan Gedung / Kantor yang dikemas menjadi 1 ( satu ) paket dalam kontrak perjanjian untuk suatu periode, yang terdiri dari pekerjaan dengan jadual harian, mingguan, bulanan dan tahunan.

Disamping jenis pekerjaan, bahan kimia pembersih, peralatan kerja baik menual maupun machinal.

Dengan kata lain Manajemen Gedung memberi tanggung jawab sepenuhnya mengenai kebersihan yang meliputi pemeliharaan dan perawatan serta hygenitas Gedung kepada PT. DGU dan terikat dengan kontrak perjanjian kerja sama.

Dalam hal ini pihak Manajemen Gedung hanya bertindak sebagai pengawas pekerjaan.

Adapun lingkup pekerjaan kebersihan dan perawatan seluruh fasilitas Gedung / Kantor termasuk pekerjaan tenaga kerja sebagai Office Boy ( OB ) atay dapat fleksibel artinya dapat disesuaikan dengan kebutuhan Manajemen gedung.

1.2 Program Kebersihan Proyek Khusus ( Special Project Program )

Yaitu pekerjaan yang dilakukan berdasarkan permintaan dari pihak Manajemen Gedung / Kantor, misalnya melakukan pekerjaan tertentu yang dapat dikategorikan sebagai “ Risk Job “

Pekerjaan ini bersifat satu kali kerja ( One Stop Project ) dan berkala ( Continues ).

Jenis pekerjaan ini adalah :

a. Pembersihan kaca exterior dan interior gedung yang tidak dapat dilakukan di luar kemampuan Manajemen Gedung.

b. Pembersihan, Pemolesan, dan Kristalisasi lantai atau dinding, terutama yang terbuat dari marmer, granite, batu pualam maupun kayu.

c. Pembersihan / Pencucian, menghilangkan noda-noda kotoran karpet lantai permanen, dengan menggunakan mesin ( Extractor machine ).

d. Pembersihan / Pencucian sofa.

1.3 Program Kebersihan Keseluruhan ( General Cleaning Program )

Yaitu pekerjaan terutama lebih diperuntukan kepada gedung-gedung yang baru selesai direnovasi atau gedung lama yang menginginkan kebersihan secara menyeluruh.

Pekerjaan ini meliputi untuk seluruh fasilitas gedung yang ada, baik berupa lantai ( semua tipe ), karpet, kaca, furniture, sofa, AC grill, dinding, toilet dan fasilitas gedung lainnya.

Pekerjaan ini dilaksanakan 1 ( satu ) kali dan periodic, misalnya 6 ( enam ) bulan sekali.

Pekerjaan ini bertujuan untuk mengembalikan dan meningkatkan kualitas kebersihan dan hyginitas.



2. Pelayanan Jasa Pertamanan ( Landscaping )

Pelayanan Jasa ini meliputi membersihkan, pemelihara dan merawat tanaman dan pertamanan yang telah ada serta membangun pertamanan dengan penyediaan tanaman yang indah dan serasi baik untuk exterior maupun interior gedung.

Tujuan Pelayanan ini untuk dapat menciptakan lingkungan pada Gedung / Kantor yang asri dan indah sehingga menimbulkan kesan yang berwibawa bagi Manajemen Gedung / Kantor.

Dalam lingkup pekerjaan ini kami memberikan jadwal kerja sebagai berikut :

a. Jadual penyapuan dan penggemburan tanah.

b. Jadual penyiraman tanaman dan penyiangan.

c. Jadual pemotongan / perpihan tanaman serta pencabutan rumput / tanaman liar.

d. Jadual pemupukan tanaman dan pergantian tanaman yang mati baik yang ada di dalam maupun di luar Gedung / Kantor.

Pembantu Rumah Tangga menjadikan Rumah Menjadi Bersih Dan Sehat

Rumah Sehat
Rumah pada dasarnya merupakan tempat hunian yang sangat penting bagi kehidupan setiap orang. Rumah tidak sekedar sebagai tempat untuk melepas lelah setelah bekerja seharian, namun didalamnya terkandung arti yang penting sebagai tempat untuk membangun kehidupan keluarga sehat dan sejahtera. Rumah yang sehat dan layak huni tidak harus berwujud rumah mewah dan besar namun rumah yang sederhana dapat juga menjadi rumah yang sehat dan layak dihuni Rumah sehat adalah kondisi fisik, kimia, biologi didalam rumah dan perumahan sehingga memungkinkan penghuni atau masyarakat memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Untuk menciptakan rumah sehat maka diperlukan perhatian terhadap beberapa aspek yang sangat berpengaruh, antara lain: rumah-sehat1

1. Sirkulasi udara yang baik.

2. Penerangan yang cukup.

3. Air bersih terpenuhi.

4. Pembuangan air limbah diatur dengan baik agar tidak menimbulkan pencemaran.

5. Bagian-bagian ruang seperti lantai dan dinding tidak lembab serta tidak terpengaruh pencemaran seperti bau, rembesan air kotor maupun udara kotor.

Persyaratan Kesehatan Rumah Tinggal menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 829/Menkes/SK/VII/1999 adalah sebagai berikut:

1. Bahan Bangunan

a. Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan zat-zat yang dapat membahayakan kesehatan, antara lain sebagai berikut :

· Debu Total tidak lebih dari 150 µg m3

· Asbes bebas tidak melebihi 0,5 fiber/m3/4jam

· Timah hitam tidak melebihi 300 mg/kg

b. Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme patogen.

2. Komponen dan penataan ruang rumah

Komponen rumah harus memenuhi persyaratan fisik dan biologis sebagai berikut:

a. Lantai kedap air dan mudah dibersihkan

b. Dinding

· Di ruang tidur, ruang keluarga dilengkapi dengan sarana ventilasi untuk pengaturan sirkulasi udara

· Di kamar mandi dan tempat cuci harus kedap air dan mudah dibersihkan

c. Langit-langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan

d. Bumbung rumah yang memiliki tinggi 10 meter atau lebih harus­ dilengkapi dengan penangkal petir

e. Ruang di dalam rumah harus ditata agar berfungsi sebagai ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan, ruang tidur, ruang dapur, ruang mandi dan ruang bermain anak.

f. Ruang dapur harus dilengkapi dengan sarana pembuangan asap.

3. Pencahayaan

Pencahayaan alam atau buatan langsung atau tidak langsung dapat menerangi seluruh bagian ruangan minimal intensitasnya 60 lux dan tidak menyilaukan.

4. Kualitas Udara

Kualitas udara di dalam rumah tidak melebihi ketentuan sebagai berikut :

a. Suhu udara nyaman berkisar antara l8°C sampai 30°C

b. Kelembaban udara berkisar antara 40% sampai 70%

c. Konsentrasi gas SO2 tidak melebihi 0,10 ppm/24 jam

d. Pertukaran udara

e. Konsentrasi gas CO tidak melebihi 100 ppm/8jam

f. Konsentrasi gas formaldehide tidak melebihi 120 mg/m3

5. Ventilasi

Luas penghawaan atau ventilasi a1amiah yang permanen minimal 10% dari luas lantai.

6. Binatang penular penyakit

Tidak ada tikus bersarang di rumah.

7. Air

a. Tersedia air bersih dengan kapasitas minmal 60 lt/hari/orang

b. Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan air minum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

8. Tersediannya sarana penyimpanan makanan yang aman dan hygiene.

9. Limbah

a. Limbah cair berasal dari rumah, tidak mencemari sumber air, tidak menimbulkan bau dan tidak mencemari permukaan tanah.

b. Limbah padat harus dikelola agar tidak menimbulkan bau, tidak menyebabkan pencemaran terhadap permukaan tanah dan air tanah.

10. Kepadatan hunian ruang tidur

Luas ruang tidur minimal 8m2 dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari dua orang tidur dalam satu ruang tidur, kecuali anak dibawah umur 5 tahun.

Masalah perumahan telah diatur dalam Undang-Undang pemerintahan tentang perumahan dan pemukiman No.4/l992 bab III pasal 5 ayat l yang berbunyi “Setiap warga negara mempunyai hak untuk menempati dan atau menikmati dan atau memiliki rumah yang layak dan lingkungan yang sehat, aman , serasi, dan teratur”

Bila dikaji lebih lanjut maka sudah sewajarnya seluruh lapisan masyarakat menempati rumah yang sehat dan layak huni. Rumah tidak cukup hanya sebagai tempat tinggal dan berlindung dari panas cuaca dan hujan, Rumah harus mempunyai fungsi sebagai :

1. Mencegah terjadinya penyakit

2. Mencegah terjadinya kecelakaan

3. Aman dan nyaman bagi penghuninya

4. Penurunan ketegangan jiwa dan sosial

Distribusi

Sebagai orang Marketing atau Sales, kata Distribusi sudah pasti bukanlah sesuatu yang asing atau baru untuk didengar. Distribusi ini sendiri adalah suatu aktivitas menyalurkan barang dari Produsen/Perusahaan pembuat produk hingga ke tangan Konsumen dengan cara, harga, waktu serta aturan-aturan yang ditetapkan oleh Produsen. Tujuan utama dari Distribusi adalah memastikan bahwa produk yang dibuat oleh produsen bisa sampai ke tangan konsumen secara efektif dan efisien, karena sebaik apapun produk yang dibuat oleh produsen, serta se-kreatif apapun strategi pemasaran yang dijalankan oleh produsen, namun, jika tidak didukung oleh strategi distribusi yang bagus, maka semua upaya dan daya yang dilakukan oleh produsen akan sia-sia.

Mengapa? Kembali lagi ke tujuan utama distribusi diatas, yaitu untuk memastikan bahwa barang/jasa yang diproduksi dapat ter-deliver ke konsumen yang dituju. Untuk dapat mendistribusikan suatu produk, produsen tidak hanya membutuhkan sumber daya yang kompeten, tetapi juga dibutuhkan waktu, modal, serta infrastruktur yang mampu menunjang proses distribusi secara efektif dan efisien, tanpa harus mengganggu proses operasional harian produsen, khususnya proses inti produsen [core process].

Oleh karena itu, distribusi dapat juga dikatakan sebagai salah satu aktivitas yang sangat vital yang harus diperhatikan oleh perusahaan, khususnya perusahaan yang memproduksi kebutuhan pokok sehari-hari [FMCG/Fast Moving Consumer Goods] atau perusahaan yang cenderung memproduksi barang dalam skala besar/massive production. Jika kita melihat industri-industri seperti FMCG atau operator telekomunikasi, biasanya mereka cenderung memiliki kekuatan distribusi yang sangat kuat untuk menunjang aktivitas produksi mereka yang skalanya juga cukup besar. Proses distribusi mereka pun biasanya cenderung dipisahkan dari proses inti perusahaan, tujuannya adalah agar aktivitas distribusi tidak mengganggu core process perusahaan.

Mari kita ambil contoh: Unilever merupakan perusahaan yang bergerak di industri FMCG atau perusahaan yang memproduksi barang-barang kebutuhan pokok sehari-hari, seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampoo, dan masih banyak lagi jenis produk yang mereka buat, dimana produk-produk tersebut dapat dengan mudah kita jumpai, baik di kota-kota besar, maupun juga di toko-toko kelontong yang ada di kota-kota kecil. Hal ini menunjukkan, meskipun basis perusahaan Unilever berada di Jakarta, serta pabrik-pabriknya tersebar di berbagai kota di Indonesia, namun mereka memiliki kekuatan distribusi yang cukup kuat, yang mampu menghadirkan produk-produk mereka dimanapun konsumen berada.

Proses dasar distribusi ini pun sebenarnya tidaklah terlalu rumit. Produsen mencetak barang/produk, lalu barang yang sudah jadi tersebut kemudian dikirim ke saluran-saluran distribusi produsen [supermarket, minimarket, hypermarket, warung dan/atau pasar] yang ada di kota-kota, bahkan hingga ke pelosok desa dengan menggunakan alat transportasi darat, laut atau udara. Sembari produk dikirimkan, produsen biasanya memperkuat image produk mereka dengan cara menggencarkan aktivitas promosinya, baik melalui media elektronik, seperti televisi, radio, dan bahkan internet, serta juga media cetak (koran & majalah), sehingga konsumen pun mengetahui serta memiliki pengetahuan yang cukup akan produk-produk yang dibuat oleh perusahaan, dan pergi membeli ke toko atau warung berbekal informasi yang sudah mereka dapatkan dan disesuaikan dengan kebutuhan mereka.

Melihat arti pentingnya distribusi bagi perusahaan, hingga kini tidak sedikit perusahaan-perusahaan baru yang muncul, yang memfokuskan usahanya di area distribusi. Sebutlah perusahaan seperti Panamas [distributor rokok], Anugrah Argon Medika [distributor obat-obatan], Tiga Raksa dan masih banyak lagi perusahaan-perusahaan lainnya yang tujuan utama pendiriannya adalah untuk mendistribusikan barang atau jasa yang diproduksi oleh produsen. Sifat kepemilikan [ownership] dari distributor ini pun cukup beragam: ada yang memang didirikan sebagai bagian dari perusahaan induk [sebagai anak perusahaan], dimana fokus utamanya hanyalah untuk menunjang proses distribusi produsen dan mayoritas barang yang didistribusikan adalah barang-barang yang diproduksi oleh si produsen. Namun, ada juga yang pendiriannya tidak terkait dengan produsen manapun [independen], tetapi memiliki jumlah pelanggan yang cukup banyak, serta memiliki jam terbang, kompetensi dan infrastruktur yang cukup baik untuk menunjang aktivitas pendistribusian barang-barang milik produsen yang menjadi pelanggan mereka. Inilah sebabnya mengapa distribusi saat ini juga ikut diperhitungkan sebagai penentu kemenangan perusahaan dalam bersaing di era kompetisi yang semakin ketat.

http://articleinside.blogspot.com/2010/09/distribusi.html

PENTINGNYA SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DALAM MENGENDALIKAN DISTRIBUSI BARANG PADA PT. MOSHI-MOSHI TRANS TOUR AND TRAVEL SURABAYA

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Informasi sangat penting artinya bagi setiap perusahaan dalam mengarahkan dan memperlancar kegiatan sehari-hari karena dapat membantu pengambilan keputusan. Sistem informasi diterapkan dalam perusahaan bertujuan untuk menyajikan informasi guna mendukung pengambilan keputusan, menyajikan informasi guna mendukung operasi harian, dan menyajikan informasi yang berkenaan dengan kepengurusan (stewarship).
Pada hakikatnya, akuntansi merupakan penerapan teori umum informasi terhadap masalah operasi yang ekonomik dan efisien. Akuntasi juga membentuk sebagian besar informasi umum yang dinyatakan secara kuantitatif. Dalam konsep sistem informasi akuntansi ini, akuntansi menjadi bagian dari sistem informasi umum dari suatu kesatuan yang beroperasi sekaligus menjadi bagian dari suatu bidang yang dibatasi oleh informasi.
Sistem informasi senantiasa mengalami perubahan besar dalam kehidupan suatu perusahaan. Perubahan-perubahan ini dimungkinkan karena sistem informasi beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi dalam perusahaan itu sendiri atau dengan lingkungannya. Seiring dengan pertumbuhan perusahaan, bertambah pulalah jumlah pemakai informasi karena semakin banyaknya pihak yang terlibat dalam kegiatan usaha dan serta pengambilan keputusan.

Kemampuan perusahaan dalam mengumpulkan, mengelola dan menggunakan informasi akan menentukan apakah suatu perusahaan mampu memenangkan persaingan atau tidak. Salah satu syaratnya adalah tersedianya sistem akuntansi yang akurat di perusahaan tersebut. Dengan tersedianya sistem akuntansi yang akurat, mudah dioperasikan, mempersingkat waktu serta efektif pada saat ini merupakan salah satu solusi agar organisasi atau perusahaan dipilih oleh masyarakat dan diharapkan perusahaan dapat mengambil suatu keputusan yang tepat, sehingga dapat terus berkembang pada masa yang akan datang. Pendekatan sistem memberikan banyak manfaat dalam memahami lingkungan kita. Pendekatan sistem berusaha menjelaskan sesuatu dari sudut pandang sistem, yang berusaha menemukan struktur unsur yang membentuk sistem tersebut dan mengidentifikasi proses bekerjanya setiap unsur yang membentuk sistem tersebut. Setiap sistem dibuat untuk menangani sesuatu yang berulang kali atau yang secara rutin terjadi.
Untuk mempertahankan eksistensi dan untuk mencapai tujuan, manajemen membutuhkan informasi yang akurat dan cukup untuk memudahkan pengelolaan perusahaan, karena itu pemahaman atas sistem yang berlaku dalam perusahaan sangat penting. Dengan memahami struktur dan proses sistem, seseorang dapat menjelaskan tujuan suatu sistem serta unsur-unsur pendukung sistem yang sangat dibutuhkan dalam pengelolaan suatu organisasi atau perusahaan.
Sejalan dengan perkembangan perusahaan, maka akan timbul masalah yang disebabkan karena meluasnya ruang lingkup dan kegiatan operasi perusahaan. Oleh karena itu diperlukan sistem akuntansi untuk menunjang pencapaian tujuan perusahaan. Oleh sebab itu diperlukan adanya prosedur yang tepat dalam mengelola sistem informasi akuntansi agar dapat sesuai dengan arah dan tujuan perusahaan. Penerapan sistem informasi akuntasi yang baik perlu didukung usaha yang mengharuskan setiap perusahaan untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan yang ada antara lain peraturan-peraturan pemerintah yang baru, perubahan dalam prinsip akuntansi, kebijakan manajemen dan lain sebagainya.
PT. Moshi-Moshi Trans Tour and Travel Surabaya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang travel dan ekspedisi pengiriman barang yang dalam melaksanakan pengendalian intern didukung oleh penerapan prosedur penerimaan dan pengeluaran barang yang memadai. Namun dalam pelaksanaannya masih terdapat permasalahan yang dapat mengganggu kelancaran dan membuka peluang terjadinya penyelewengan, yaitu masih sering terjadi penerimaan yang dilakukan secara lisan serta kurangnya penggunaan formulir dan pendistribusian formulir tersebut pada bagian-bagian yang terkait. Hal ini apabila dibiarkan dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan baik secara finansial maupun non finansial, karena bagian yang memerlukan harus memberikan informasi ulang mengenai penerimaan dan pengeluaran barang.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pentingnya Sistem Informasi Akuntansi dalam Mengendalikan Distribusi Barang pada PT. Moshi-Moshi Trans Tour and Travel Surabaya.”
B. Rumusan Masalah
Dari judul dan latar belakang masalah yang penulis uraikan di atas, maka rumusan masalah yang diajukan adalah sebagai berikut :
“Bagaimana penerapan Sistem Informasi Akuntansi dalam mengendalikan distribusi barang pada PT. Moshi-Moshi Trans Tour and Travel Surabaya?”

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimananakah penerapan Sistem Informasi Akuntansi dalam mengendalikan distribusi barang pada PT. Moshi-Moshi Trans Tour and Travel Surabaya.
2. Manfaat penelitian
Dalam menyusun penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat serta dorongan atau motivasi bagi :
a. Bagi Kepentingan Ilmiah
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi/pertimbangan bagi penelitian yang akan datang guna mengetahui penerapan Sistem Informasi Akuntansi dalam mengendalikan distribusi barang di suatu perusahaan.
b. Bagi Kepentingan Terapan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi perusahaan dalam mengambil langkah-langkah kebijakan di bidang Sistem Informasi Akuntansi.

D. Ruang Lingkup
Mengingat keterbatasan kemampuan yang dimiliki penulis, serta untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas dan tidak terarah pada tujuan semula, juga untuk menghindari timbulnya penafsiran yang berbeda dari pembahasan yang lainnya, maka penulis membatasi penelitian hanya pada masalah yang berkaitan dengan pentingnya sistem informasi akuntansi dalam mengendalikan distribusi barang pada PT. Moshi-Moshi Trans Tour and Travel Surabaya.





III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian dan Gambaran Obyek Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dengan melakukan survey lapangan baik dilaksanakan dengan pengamatan secara langsung maupun tidak langsung dangan pihak-pihak yang bersangkutan.
2. Obyek Penelitian
Adapun yang menjadi obyek dalam penelitian ini adalah sistem informasi akuntansi pada PT. Moshi-Moshi Trans Tour and Travel Surabaya yang bergerak dalam bidang travel dan cargo.

B. Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penyusunan skripsi ini peneliti tidak menggunakan sampel karena penelitian bersifat survey yang dijabarkan dalam bentuk analisis deskriptif secara kualitatif, dan data yang akan diolah berupa data yang diambil langsung dari PT.Moshi-Moshi Trans Tour and Travel Surabaya.





C. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel adalah pembatasan yang digunakan untuk mengatur hubungan antar variabel akan dilaksanakan setelah masing-masing variabel ditetapkan secara kualitatif. Dalam definisi operasional ini, variabel-variabel yang akan diamati dan teliti dalam penyusunan skripsi ini adalah :
1. Sistem Informasi Akuntansi
Yaitu suatu komponen organisasi yang mengumpulkan, mengklasifikasikan, mengolah, menganalisa, dan mengkomunikasikan informasi finansial dan pengambilan keputusan yang relevan kepada pihak di luar perusahaan dan pihak intern.
2. Prosedur Penerimaan Barang
Yaitu bagian dari prosedur distribusi barang yang mengatur alur proses, bagian-bagian organisasi yang terlibat, serta aturan-aturan yang digunakan untuk terlaksananya penerimaan barang yang efektif.
3. Prosedur Pengeluaran Barang
Yaitu bagian dari prosedur distribusi barang yang mengatur alur proses, bagian-bagian organisasi yang terlibat, serta aturan-aturan yang digunakan untuk terlaksananya pengeluaran barang yang efektif.
4. Sistem Pengendalian Intern
Merupakan struktur organisasi dan semua cara serta alat-alat yang dikoordinasikan dan digunakan dalam perusahaan dengan tujuan untuk menjaga keamanan harta milik perusahaan, memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntansi, memajukan efisiensi di dalam operasi dan membantu menjaga dipatuhinya kebijaksanaan perusahaan yang telah ditetapkan.

D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam rangka mendapatkan data dan informasi untuk penyusunan penelitian, penulis menggunakan prosedur pengumpulan data sebagai berikut:
1. Library Research / Studi Kepustakaan
Yaitu teknik pengumpulan data dari buku literatur yang berhubungan dengan penelitian yang akan disampaikan oleh penulis.
2. Field Research / Studi Lapangan
Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan langsung terhadap obyek yang diteliti. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:
a. Interview
Adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan wawancara secara langsung dengan mereka yang berkompeten di perusahaan tersebut, sehingga data yang diperoleh benar-benar obyektif.
b. Dokumentasi
Adalah teknik memperoleh data dengan cara memanfaatkan dokumen yang ada diperusahaan yang berkaitan dengan penelitian.




E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis kualitatif, yaitu dengan cara memberikan uraian interpretasi yang berupa penjelasan dengan kalimat tentang kaitan hasil penelitian dengan teori-teori yang ada. Analisis data adalah kegiatan mengolah data yang telah dikumpulkan baik data tersebut diperoleh dari studi lapangan ataupun dari studi pustaka yang menjadi seperangkat hasil dari penemuan-penemuan yang baru. Adapun langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Mempelajari data yang ada untuk dapat memahami situasi dan kondisi dari objek penelitian.
2. Mengaitkan data dengan tinjauan kepustakaan untuk dapat mengetahui apakah teori-teori yang ada telah sesuai dengan kenyataan berdasarkan kategorinya.
3. Mengolah data yang ada sebagai bahan untuk menganalisa permasalahan, yaitu mengkaitkan dengan 3 komponen utama SIA, yaitu:
a. Input, yaitu data dan dokumen diperlukan dalam setiap transaksi yang terjadi.
b. Proses, yaitu mengklasifikasikan dan mengolah data menjadi informai yang diperlukan untuk tujuan perusahaan.
c. Output, yaitu berupa dokumen atau kebijakan yang relevan untuk pihak intern (terutama manajemen) dan pihak di luar perusahaan
4. Membahas dan menganalisa data serta menyimpulkan hasil pembahasan.
5. Memberikan usulan kepada perusahaan untuk mengatasi masalah apabila ditemukan masalah dalam pembahasan.
DAFTAR PUSTAKA

Bambang Hariadi, Sistem Pengendalian Intern : Dalam Hubungannya dengan Manajemen dan Audit, Edisi Kedua, Penerbit BPFE, Yogyakarta, 2002.

Bodnar,George H and Williams S Hopwood, Sistem Informasi Akuntansi, terjemahan, Buku Satu, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2001.

Hall, James A, Sistem Informasi Akuntansi, Buku Pertama, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2001.

Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntan Keuangan, Buku Satu, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2002.

Jogiyanto, Sistem Informasi Akuntansi Berbasis Komputer, Buku Kesatu: Konsep Dasar dan Komponen, Edisi Pertama, Penerbit BPFE, Yogyakarta, 2001.

Mcleod,Jr, Raymond, Management Information System, Seventh edition, terjemahan oleh; Hendra Teguh, Sistem Informasi Manajemen, Jilid I, edisi ketujuh, PT Prenhallindo, Jakarta, 2001.

Mulyadi, Auditing, edisi Kelima, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 1999.

_______, Sistem Akuntansi, Edisi Ketiga, Penerbit STIE YKPN, Yogyakarta, 2001.

Nugroho Widjajanto, Sistem Informasi Akuntansi, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2001.

Robert N, Anthony dan Govindarajan, Sistem Pengendalian Manajemen, Buku Satu, Penerbit salemba Empat, Jakarta, 2002.

Samsul MS, Sistem Akuntansi : Pendekatan Manajerial, Edisi Kelima, Penerbit Liberty, Yogyakarta, 2002.

Zaki Baridwan, Sistem akuntansi : Penyusunan Prosedur dan Metode, Edisi Kelima, Penerbit BPFE, Yogyakarta, 2001.

____________, Sistem Informasi Akuntansi, Edisi II, Penerbit BPFE, Yogyakarta, 2001.

http://www.facebook.com/topic.php?uid=335513135121&topic=10986

Koperasi sebagai Pelaksana Distribusi Barang

Realita dan Tantangan
(Sebuah Pendekatan Pragmatis) 1)



Drs. Ibnu Widiyanto, MA
Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang


Abstrak

Makalah ini mencoba menyoroti kesiapan koperasi sebagai pelaksana distribusi barang. Kegiatan usaha ini menjadi topik pembicaraan sebab pemerintah Indonesia saat ini mengembangkan kebijakan yang tidak lagi bertumpu pada pertumbuhan melainkan pada pemerataan usaha. Untuk mengkaji kesiapan koperasi, makalah ini mencoba menampilkan permasalahan yang mungkin dihadapi koperasi. Dengan menggunakan analisis SWOT dipadu dengan temuan di lapangan, bisa disimpulkan bahwa dalam jangka pendek penentuan koperasi sebagai pelaksana distribusi barang perlu dipikirkan lebih mendalam. Ini disebabkan kondisi koperasi sedang dalam kondisi yang tidak menguntungkan untuk ekspansi usaha. Munculnya konflik misi dan tujuan organisasi bisa menyebabkan ketidakberhasilan pendistribusian suatu barang. Untuk, jika tetap diperlukan, koperasi sebagai pelaksana distribusi barang harus ditentukan secara selektif dan cermat.

1) Tulisan ini disusun dalam rangka NetSeminar yang diselenggarakan oleh Forum TI-ITS. Pada makalah ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi kontribusi pemikiran sehingga tersusunnya makalah ini. Secara khusus, penulis menyampaikan penghargaan yang tinggi kepada Drs. Riasto Widiatmono, DEA yang telah memberi masukan kepada penulis via internet secara pribadi


1. PENDAHULUAN

Dalam sistem perekonomian Indonesia dikenal ada tiga pilar utama yang menyangga perekonomian. Ketiga pilar itu adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Swasta (BUMS), dan Koperasi. Lihat Gambar 1. Ketiga pilar ekonomi tersebut mempunyai peranan yang masing-masing sangat spesifik sesuai dengan kapasitasnya. Sayangnya dari ketiga pilar itu, koperasi, walau sering disebut sebagai soko guru perekonomian, secara umum merupakan pilar ekonomi yang "jalannya paling terseok" dibandingkan dengan BUMN dan apalagi BUMS. Lihat Gambar 2.

Sebagai soko guru perekonomian, ide dasar pembentukan koperasi sering dikaitkan dengan pasal 33 ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945. Secara spesifik, pasal tersebut menyebutkan bahwa perekonomian disusun berdasarkan atas azas kekeluargaan. Kata azas kekeluargaan ini, walau bisa diperdebatkan, sering dikaitkan dengan koperasi sebab azas pelaksanaan usaha koperasi adalah juga kekeluargaan.

Untuk lebih menata organisasi koperasi, pemerintah Indonesia (Presiden dan DPR) akhirnya
memunculkan Undang-Undang no. 12/ 1967 dan merevisinya dengan Undang-Undang no. 25 tahun 1992. Di banding undang-undang terdahulu, undang-undang perkoperasian yang lebih baru, walau lebih komprehensif, sebenarnya agak berbau "kapitalis". Ini disebabkan undang-undang yang baru itu sesungguhnya memberi peluang koperasi untuk bertindak sebagai a profit oriented business.

Namun, pada makalah ini, karena keterbatasan yang ada, saya tidak akan mengulas secara mendalam peranan dan keterkaitan undang-undang tersebut terhadap kiprah koperasi secara praktis. Secara spesifik, dengan tidak mengurangi arti penting undang-undang itu, makalah ini sebenarnya ditujukan untuk memberi gambaran apakah koperasi siap berperan seandainya mendapat "tugas baru" sebagai pelaksana distribusi barang. Untuk itu, saya akan berusaha lebih banyak menyoroti kondisi riil koperasi yang terjadi di lapangan.

Agar tujuan penulisan tercapai, makalah ini dirancang dalam enam sesi yang alur berpikirnya menggunakan mekanisme induktif dan deduktif. Untuk itu, setelah pendahuluan pada sesi pertama ini, sesi kedua akan mengulas secara khusus mengenai perkoperasian di Indonesia yang meliputi makna koperasi dan absentee ownership pada koperasi.

Pemahaman akan makna koperasi ini penting agar memberi gambaran yang tepat mengenai bagaimana seharusnya kita memandang koperasi dalam percaturan perekonomian di Indonesia. Sedangkan sesi ketiga akan lebih banyak membahas mengenai saluran pemasaran yang nantinya akan menjadi "tugas baru" koperasi. Sesi keempat akan mengetengahkan secara sekilas kekuatan dan kelemahan koperasi pada umumnya. Sesi kelima akan mencoba menganalisis peluang dan tantangan yang mungkin dimiliki koperasi. Akhirnya, makalah ini diakhiri dengan penutup pada sesi keenam yang merupakan intisari dari pembahasan koperasi sebagai pelaksana distribusi barang dan saran yang mungkin diperlukan untuk pengembangan koperasi di masa mendatang.


2.PERKOPERASIAN DI INDONESIA

2.1 Makna Koperasi

Dalam sejarahnya, koperasi sebenarnya bukanlah organisasi usaha tipikal yang khas berasal dari Indonesia. Kegiatan berkoperasi dan organisasi koperasi pada mulanya diperkenalkan di Inggris di sekitar abad pertengahan. Pada waktu itu misi utama berkoperasi adalah untuk menolong kaum buruh dan petani yang menghadapi problema ekonomi dengan menggalang kekuatan mereka sendiri.

Kemudian di awal abad 20 inilah koperasi mulai diperkenalkan di Indonesia. Dalam perkembangannya, ada banyak orang Indonesia yang sesungguhnya cukup berjasa dan mempunyai andil besar dalam memperkenalkan dan mengembangkan perkoperasian di Indonesia. Salah satu tokoh koperasi yang paling terkenal adalah Bung Hatta yang kemudian tercatat sebagai Bapak Koperasi Indonesia.

Dalam perkembangan selanjutnya, koperasi di Indonesia mempunyai makna ganda yang sebenarnya bersifat "ambivalent". Makna tersebut yakni koperasi sebagai badan usaha dan koperasi sebagai jiwa dan semangat berusaha. Untuk pengertian yang pertama, koperasi sering dilihat sebagai salah satu bentuk usaha yang bisa bergerak seperti bentuk usaha lainnya yang dikenal di Indonesia seperti PT, CV, Firma, NV. Dalam kerangka seperti inilah, koperasi sepertinya diperkenankan untuk meraih profit sebesar-besarnya. Karena pengertian inilah, pusat-pusat koperasi dan induk koperasi dibentuk dengan tujuan agar dapat memperkuat eksistensi koperasi primer. Contohnya adalah dibentuknya PUSKUD (Pusat Koperasi Unit Desa) dan INKUD (Induk Koperasi Unit Desa).

Sedangkan makna kedua koperasi adalah, sebagaimana disebutkan di atas, jiwa dan semangat berkoperasi. Dalam konteks ini, usaha yang dilakukan koperasi disusun berdasarkan atas azas kebersamaan. Karena kebersamaannya ini, bentuk property ownership pada koperasi "konservatif" sering tidak diwujudkan dalam bentuk kepemilikan saham melainkan dalam wujud simpanan baik wajib maupun pokok dan sukarela, iuran, sumbangan dan bentuk lainnya. Konsekuensi dari bentuk ownership seperti itu adalah sebutan kepemilikannya bukan sebagai pemegang saham melainkan sebagai anggota. Oleh karenanya, koperasi sering dijadikan alat untuk mencapai tujuan yang ditetapkan para anggotanya (baca: kesejahteraan anggota).

Secara bisnis, sebenarnya makna ganda koperasi ini cukup merepotkan. Karena koperasi diakui sebagai badan usaha, maka kiprah usaha koperasi mestinya harus seperti badan usaha lainnya. Dalam artian ini, sebagai sebuah badan usaha, koperasi mestinya mengejar profit sebesar-besarnya dengan langkah-langkah dan perhitungan bisnis seperti yang biasa dilakukan oleh perusahaan lainnya. Namun langkah bisnis ini sering "bertabrakan" dengan keinginan anggotanya yakni menyejahterakan anggota. Sehingga dalam konteks ini, penghitungan kelayakan usaha koperasi, jika hanya mengandalkan aspek liquiditas, solvabilitas dan rentabilitas usaha, menjadi tidak tepat.

Dengan kata lain, seandainya sebuah koperasi mempunyai, misalnya, Current Ratio= 200% yang secara bisnis umum berarti cukup liquid, rasio keuangan ini jadi tidak banyak berarti jika koperasi tidak mampu meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Sehingga beberapa parameter kelayakan usaha pada perusahaan menjadi tidak pas diterapkan pada koperasi. Oleh karenanya, tidak mengherankan kalau Departemen Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil (DEPKOP&PPK) memiliki kriteria tersendiri dalam melakukan evaluasi terhadap koperasi. Namun, kalau itu yang dilakukan, koperasi mestinya jangan "dihadapkan langsung" 2) dengan perusahaan swasta lainnya yang secara teoritis menggunakan rasio keuangan sebagai salah satu tolok ukur kesehatan bisnisnya. Sehingga dengan kata lain makna pertama dan kedua koperasi seolah saling bertabrakan. Ibarat sopir mobil, makna pertama seolah memberi legitimasi pengemudi untuk menginjak pedal gas terus, sementara makna kedua justru minta pengemudi menginjak pedal rem.

2) Istilah berhadapan langsung bermakna competing heads on.


2.2. Absentee Ownership

Ambilanvensi makna koperasi ini juga bisa dilihat pada bagaimana anggota koperasi menunjuk/ memilih orang yang mengelola koperasi (yang selanjutnya disebut badan pengawas, pengurus dan manajer).3) Seperti banyak diketahui, dalam kegiatan sehari-hari, koperasi diawasi oleh badan pengawas dan dikelola oleh pengurus yang kemudian mengangkat manajer yang bertanggungjawab kepada pengurus.

Secara teoritis, langkah ini sebenarnya cukup baik sebab menciptakan mekanisme kontrol dan spesialisasi usaha. Namun, langkah pendelegasian ini ternyata perlu dipertanyakan kredibilitasnya sebab sepertinya menisbikan peranan anggota itu sendiri. Dalam konteks ini sepertinya, "ownership" anggota sepenuhnya diserahkan kepada orang lain, baik pengurus maupun manajer. Seolah-olah, perhatian (concern) anggota hanya pada tercapainya tujuan koperasi saja yaitu peningkatan kesejahateraan anggota. Bagaimana proses tercapainya kesejahteraan itu sepertinya anggota tidak peduli, sepenuhnya diserahkan kepada pengelola.4) Jika demikian, sepertinya terjadi sesuatu yang tidak "fair" dalam berorganisasi.

Dalam artian ini, karena peranan anggota dalam kegiatan usaha sehari-hari sangat rendah, bahkan intensitas perhatian sering lebih kecil dari pengelola, maka pembagian "reward", misalnya Sisa Hasil Usaha (SHU) mestinya harus diberikan kepada mereka yang telah susah payah bekerja membangun usaha koperasi. Secara ekonomi, Veblen menamakan kondisi ini sebagai absentee ownership. Dalam konteks ini, pemegang saham (anggota; pen) karena peranannya dalam memajukan usaha adalah sangat kecil, mestinya memperoleh reward yang lebih kecil dari direksi perusahaan (pengelola koperasi; pen). Tujuannya adalah untuk menciptakan social fairness position.5)

Reward bagi anggota mestinya tidak lagi berupa pembagian SHU akhir tahun melainkan pembagian reward dalam bentuk lain sesuai dengan kontribusinya pada koperasi, misalnya naiknya pamor koperasi atau imbalan pada persentase tertentu (misalnya 2,5%) dari simpanan yang dimilikinya.

_________________________
3) Untuk menghindari pengulangan istilah, selanjutnya badan pengawas, pengurus dan manajer koperasi disebut pengelola koperasi. Namun sebutan badan pengawas, pengurus maupun manajer akan tetap digunakan sesuai dengan kapasitasnya.
4) Biasanya anggota koperasi hadir jika diadakan rapat anggota yang umumnya diadakan setahun sekali.
5) Walau banyak yang memperdebatkan konsep absentee ownership ini, namun sepertinya konsep ini sangat cocok untuk merangsang pengelola koperasi di Indonesia untuk semakin mengembangkan koperasi. Jika konsep ini diterapkan diharapkan mampu mengurangi korupsi yang terjadi pada koperasi di Indonesia. Kasus penyelewangan sering terjadi karena seluruh pengelola koperasi sering kurang memiliki waktu untuk bekerja secara penuh dan adanya dominasi


Selain itu, dalam prakteknya, pendelegasian pengelolaan koperasi itu ternyata juga membawa konflik yang sifatnya umum. Dalam hal ini, saya menemukan bahwa terjadi posisi dilematis yang bersifat struktural yang justru sering merugikan koperasi. Dilema itu sering terjadi antara ketua pengurus dan manajer.

Secara teoritis, ketua dan manajer koperasi diharapkan bisa saling bekerjasama dan saling mengisi guna membangun koperasi. Namun, secara praktek, justru posisi ketua dan manajer sering berseberangan. Dalam artian, kalau ketuanya aktif, biasanya manajernya (maupun badan pengawasnya) pasif. Kalau manajernya seorang yang mumpuni dalam berusaha, pengurusnya umumnya terlalu pasif dan pasrah sehingga tindakan manajer tidak pernah terkontrol dengan baik. Dalam konteks ini, kemungkinan terjadinya penyimpangan kekuasaan (power misuse and abuse) oleh pengurus maupun manajer sangat tinggi. 6)

Alasan spesialisasi kegiatan antara masing-masing pihak sepertinya tidak jalan. Ini terjadi karena anggota secara konseptual memang telah menyerahkan kelangsungan hidup koperasi sepenuhnya kepada pengelola koperasi. Mekanisme kontrol anggota sangat lemah karena terjadi absentee ownership. 7) Kondisi inilah yang sepertinya akan menghambat kelangsungan hidup perkoperasian di Indonesia.

Melihat analisis di atas, keputusan memilih koperasi sebagai penentu distribusi suatu barang sepertinya akan mendapat ganjalan yang cukup berarti. Namun, dengan asumsi bahwa kasus di atas bisa direduksi dan terlepas dari berpengalaman tidaknya pengelola koperasi, maka pemilihan koperasi sebagai pelaksana distribusi bisa menjadi alternatif dalam proses pemasaran suatu produk. Meskipun demikian pemilihan koperasi sebagai pelaksana distribusi merupakan keputusan yang sifatnya sangat eksperimental karena usaha distribusi barang umumnya merupakan kegiatan usaha yang relatif baru yang dilakukan koperasi. 8)

_____________________
6) Untuk menghindari pengulangan istilah, selanjutnya badan pengawas, pengurus dan manajer koperasi disebut pengelola koperasi. Namun sebutan badan pengawas, pengurus maupun manajer akan tetap digunakan sesuai dengan kapasitasnya.
7) Biasanya anggota koperasi hadir jika diadakan rapat anggota yang umumnya diadakan setahun sekali.
8) Walau banyak yang memperdebatkan konsep absentee ownership ini, namun sepertinya konsep ini sangat cocok untuk merangsang pengelola koperasi di Indonesia untuk semakin mengembangkan koperasi. Jika konsep ini diterapkan diharapkan mampu mengurangi korupsi yang terjadi pada koperasi di Indonesia. Kasus penyelewangan sering terjadi karena seluruh pengelola koperasi sering kurang memiliki waktu untuk bekerja secara penuh dan adanya dominasi



3. SALURAN PEMASARAN

Dalam pemasaran, proses pemilihan saluran pemasaran sangat menentukan berhasil tidaknya suatu produk diterima oleh pasar. Secara bisnis, karakteristik produk, faktor biaya distribusi dan geografis pasar sangat mempengaruhi pemilihan jenis dan panjangnya saluran distribusi. Namun, satu hal yang perlu dipikirkan dalam membangun saluran pemasaran adalah kesamaan misi dan visi antara upliner dan downliner.

Contohnya, seorang produsen mobil tentunya akan memilih intermediary (perantara) yang sama dengan misi dan visi yang diembannya. Untuk ini produsen mobil itu akan mengajukan syarat tertentu kepada intermediarynya agar posisi produk mobilnya tetap terjaga dan sesuai dengan rencana perusahaan. Selain itu, faktor loyalitas dan moralitas intermediary umumnya juga menjadi penilaian tersendiri bagi produsen dalam memilih sosok intermediarynya. Sehingga bisa dikatakan bahwa proses pemilihan saluran pemasaran tidak cukup sederhana bahkan cenderung rumit dan "berbelit".

Dalam pemasaran, tipe saluran pemasaran sangat bergantung klasifikasi produk yang ditawarkan produsen. Dalam konteks inilah, manakala panitia meminta saya untuk menulis "Koperasi sebagai Pelaksana Distribusi Barang", saya secara pribadi sempat bertanya-tanya. Barang yang mana? Untuk seluruh barang, kata panitia. Saya pikir, secara pemasaran hal ini sangat sulit diterima sebab keberhasilan distribusi suatu produk sering tidak bisa digeneralisasikan untuk produk lainnya. Bahkan untuk produk yang jenisnya samapun, penataan saluran distribusinya bisa pula berbeda. Apalagi produk yang klasifikasinya jelas berbeda, kemungkinan kesamaan penataan saluran distribusinya jelas sangat kecil. Jadi klasifikasi produk (istilah panitia barang; pen) perlu diluruskan dulu sebelum membahas secara detail tentang pelaksanaan distribusinya. 9)

Contoh produsen sabun tentunya sangat berbeda dalam memasarkan produknya dibandingkan dengan produsen rumah (realtor). Seorang produsen sabun tentunya dalam memasarkan produknya tentunya memerlukan intermediary baik wholesaler maupun retailer. Sedangkan produsen rumah tentunya tidak memerlukan wholesaler maupun retailer sebab karakteristik produknya berbeda. Secara umum, sabun adalah termasuk barang mudah cari (convenience goods) dan mudah dibawa-bawa (portable). Sedangkan rumah jelas berbeda dengan sabun.

Melihat contoh itu, mestinya judul tulisan di atas perlu diganti bahkan kalau perlu diarahkan pada produk yang lebih spesifik, misalnya sabun atau kalau merujuk pada masalah yang lagi trend, sembako. Akan tetapi, walau klasifikasi produk mempengaruhi distribusi barang, dalam pemasaran bisa diinduksi bahwa setiap produsen memerlukan mekanisme tertentu untuk menyalurkan produknya kepada prospek.

Secara garis besar, ada dua jenis saluran pemasaran yang biasa dilakukan dalam praktek bisnis sehari-hari yaitu saluran pemasaran tidak langsung (indirect distribution) dan saluran pemasaran langsung (direct distribution) yang nampak pada gambar 3 . Sebagai contoh produk sabun dan rumah. Produsen rumah tentunya akan lebih memilih direct distribution daripada indirect distribution sebab selain rumah itu tidak portable juga pasar rumah tentunya lebih tersegmentatif secara geografis dan tidak menyebar. Sedangkan produsen sabun tentunya akan memilih indirect distribution sebab pasarnya sangat luas.

Melihat pembahasan tersebut, seandainya koperasi ditunjuk sebagai pelaksana distribusi barang berarti menempatkan koperasi sebagai indirect distribution unit. Permasalahannya sekarang adalah siapkah koperasi melakukan mekanisme itu? Dengan asumsi bahwa permasalahan konseptual koperasi bisa direduksi, pengkajiaan koperasi sebagai pelaksana distribusi barang bisa dimulai dengan membuat gambaran struktural dan misi internal koperasi itu sendiri. Dalam kaitan ini kemampuan dan kompetensi koperasi dapat menjadi salah satu tonggak berpikir untuk membangun usaha distribusi.

______________________
9) Dalam pemasaran, produk atau barang bisa diklasifikasikan menjadi convenience goods, shopping goods, specialty goods, dan unsought goods. Pembedaan lainnya misalnya durable dan non durable goods.



4. KOPERASI: KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN

Keberhasilan usaha koperasi biasanya bergantung pada program pemerintah maupun keinginan pemenuhan kebutuhan anggota. Dalam hal ini, keberhasilan koperasi bergantung pada program pemerintah karena koperasi sering dijadikan "kepanjangan" tangan pemerintah dalam mengatur sendi perekonomian. Dalam konteks lain seringkali koperasi dipakai sebagai alat pemenuhan kebutuhan anggota yang biasanya juga berkaitan dengan program yang telah dicanangkan pemerintah. Misalnya KUD. Dalam praktek, KUD sering kali merupakan institusi yang menyediakan faktor produksi bagi petani yang kuantitas dan kualitas faktor produksinya sangat bergantung pada program pemerintah.

Untuk lebih jelasnya tabel 1 berikut menyajikan jenis usaha yang sering menjadi andalan koperasi. Dalam konteks ini contoh koperasi yang diambil adalah KUD dan KOPPAS (Koperasi Pasar).


Tabel 1: Beberapa Usaha Andalan Koperasi

=======================================
NO. JENIS USAHA JENIS KOPERASI
=======================================
1. Susu KUD
2. Kredit Usaha Tani KUD
3. Penggilingan Padi KUD
4. Pengadaan Pupuk dan Obat KUD
5. Simpan Pinjam KUD, Koppas
6. Pertokoan KUD
7. Jasa Tagihan Listrik/ Air KUD, Koppas
8. Tebu Rakyat Intensifikasi KUD
=======================================
Sumber: Hasil Analisis


Dari tabel 1 sebenarnya nampak bahwa program pemerintah sangat mendominasi keberhasilan KUD dalam mengembangkan usahanya. Selain itu, KUD terlihat sangat berkaitan dengan kepentingan anggota, dalam hal ini petani. Dengan kata lain, KUD merupakan sebuah lembaga usaha yang menggarap sektor hulu. Oleh karenanya, seandainya KUD akan dijadikan sebagai pelaksana distribusi barang, maka penyebaran barang itu lebih baik diupayakan untuk masyarakat desa (petani/ nelayan).

Permasalahannya adalah jika kebutuhan akan suatu barang ternyata juga berada diluar jangkauan wilayah KUD. Sehingga, distribusi barang harus juga melibatkan lembaga usaha lain yang tentunya punya wilayah kerja yang memadai.

Dalam praktek sehari-hari, ada yang berpendapat bahwa Koppas bisa dipilih menjadi salah satu penyalur barang yang saat ini sangat dibutuhkan masyarakat yakni sembako. Keunggulan Koppas sebagi penyalur sembako adalah tipe anggotanya yang pedagang pasar terutama sembako. Jelas tipe anggota seperti ini semestinya mempermudah penyaluran sembako sebab anggota koperasi itu sudah cukup berpengalaman dalam menangani perdagangan sembako.

Namun, permasalahan kemudian muncul berkaitan dengan profesionalitas Koppas. Hal ini disebabkan berdasarkan temuan di lapangan kebanyakan anggota Koppas adalah pedagang pasar yang kelasnya "gurem". Sedangkan pedagang pasar yang kelasnya lebih besar sering tidak menjadi anggota Koppas. Dalam konteks inilah tidak begitu mengherankan jika usaha andalan utama Koppas adalah Simpan Pinjam. 10)
Karena keterbatasan ini, mekanisme distribusi barang yang dikelola Koppas dikhawatirkan akan memunculkan masalah krusial di pasar sebab bagaimanapun anggota Koppas yang modalnya kecil akan berhadapan langsung dengan anggota non Koppas yang bermodal lebih besar. Jika anggota non Koppas tidak diajak serta menangani distribusi barang sejenis maka ketidakberhasilan distribusi barang melalui koperasi akan menjadi suatu yang niscaya.

Secara struktural, rantai distribusi barang bila menggunakan koperasi bisa menjadi cukup panjang. Ini disebabkan dengan keterlibatan pusat/ induk koperasi yang juga ingin mengatur anggotanya yang lingkupnya berada di bawah kendalinya. Misalnya dalam mekanisme pendistribusian sembako melalui koperasi. Di sini pihak Puskoppas akan terlibat dalam membagikan "jatah" sembakonya kepada koppas-koppas yang ada di wilayahnya. Koppas kemudian membagikan jatahnya kepada para pedagang pasar yang menjadi wilayah kerjanya. Saluran distribusi ini sebenarnya normal-normal saja.

Bahkan prosedur yang dilakukan sudah benar. Akan tetapi, dalam situasi saat ini prosedur seperti itu selain menambah biaya juga memberi angin munculnya penyelewengan. Jika pemerintah berkeinginan untuk menekan harga sembako sesuai dengan yang diharapkan, maka panjangnya rantai distribusi ini harus dipotong.

Permasalahan baru kemudian muncul yakni tidak tersedianya tempat penimbunan barang dan dana yang cukup yang dimiliki oleh Koppas. Jika dibiarkan, ini tentunya akan memberi peluang spekulan untuk beraksi. Untuk mengantisipasi ini, teknik selling out pricing saja kurang kuat. Langkah ini harus dibarengi dengan strategi aliansi (alliances strategy) antara Koppas dan para pengusaha lokal setempat yang bermodal cukup besar. Jika ini dilakukan, penataan distribusi barang diharapkan tidak banyak diganggu oleh ulah spekulan. 11)

Permasalahan lain berkaitan dengan penunjukan koperasi sebagai distribusi barang juga semakin merebak manakala ada konflik misi. Salah contoh menrik dalam hal ini adalah proses distribusi sembako yang ditangani Koppas. Jika misi pemerintah dalam pendistribusian sembako adalah penyediaan sembako murah sebanyak-banyak di pasar, hal ini akan sulit terwujud sebab, terlepas dari kesulitan dana yang dimiliki Koppas, dengan asumsi anggota Koppas mampu menyerap seluruh barang yang disediakan, tentunya anggota Koppas ingin memiliki barang itu sebanyaknya-banyaknya dan menjual kembali setingi-tingginya agar anggota makin sejahtera.

Tindakan anggota ini sulit dicegah pengelola Koppas sebab secara organisasi pengelola Koppas (baca: pengelola koperasi) tentunya harus tunduk kepada keinginan anggota bukan keinginan lembaga lain. Jika kemudian ada lembaga lain memaksa Koppas untuk menuruti kemauannya secara organisasi akan memunculkan konflik misi dan tujuan organisasi. Ini saya pikir faktor urgensi yang perlu segera dituntaskan.

Melihat keterbatasan tersebut, secara induktif bisa dikatakan bahwa keputusan untuk menjadikan koperasi sebagai pelaksana distribusi ternyata mempunyai resiko yang cukup tinggi. Untuk itulah pengkajian faktor internal dan eksternal koperasi harus benar-benar dilakukan dengan cermat.

Untuk melihat kemampuan koperasi sebagai unit perantara, langkah efektif yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity dan Threat). Tujuan dilakukan analisis SWOT ini, walau ada sunsur subyektifitas, adalah untuk melakukan diagnose usaha sehingga bisa dilakukan prognosa yang tepat terhadap usaha yang dilakukan.12) Langkah awal yang bisa dikembangkan adalah menginventarisasi faktor internal yang ada pada koperasi. Keberadaan faktor internal inilah yang akan menggambarkan bagaimana kondisi riil koperasi dalam mengembangkan sayap usahanya. Untuk mencapai maksud tersebut tabel 1 memperlihatkan contoh inventarisasi faktor internal koperasi yang berlaku secara umum.

Dengan menggunakan analisis SWOT yang telah dimodifikasi itulah akhirnya bisa dirumuskan faktor kunci sukses yang mungkin dimiliki koperasi. 13) Faktor kunci sukses ini penting sekali sebab akan memberi informasi bagaimana sebenarnya profil keunggulan bersaing (Competitive Advantage Profile) yang dipunyai suatu unit usaha (Widiyanto, 1997).


Tabel 2: Inventarisasi Faktor Internal

===========================
NO. ITEMS SIGN
===========================
1 Captive Market +
2. Loyalitas +
3. Mentalitas o
4. Legalitas +
5. Personalia -
6. Dominasi Kekuasaan -
7. Konflik Misi -
8. Rantai Distribusi -
9. Administrasi -
===========================
Sumber: Hasil Analisis
Catatan: + : Kekuatan; - : kelemahan; o : netral

Dengan melakukan teknik perhitungan SWOT yang lebih lanjut, akhirnya bisa dikembangkan dan digambarkan profil keunggulan bersaing koperasi. 14) Profil ini penting sebab diharapkan mampu memberi gambaran rasional tentang keunggulan dan kelemahan koperasi dibandingkan unit usaha lain.

Sayangnya tidak banyak koperasi yang memiliki profil keunggulan bersaing seperti yang disajikan pada gambar 4. Secara umum, sebenarnya penulis menemukan bahwa posisi bisnis koperasi cenderung pada posisi Tenable ke Weak (Widiyanto, 1996)

____________________
10) Sebenarnya lembaga usaha bersama yang memiliki satu jenis kegiatan saja, misalnya simpan pinjam, belum layak disebut koperasi. Lembaga itu lebih disebut "Prakoperasi". Ini hanya untuk membedakan mana yang benar-benar koperasi dan mana yang belum memenuhi syarat. Akan tetapi, di lapangan sering dijumpai penyimpangan yang secara administratif prakoperasi bisa dijadikan koperasi. Koperasi papan nama ini tentunya bisa merugikan orang lain sebab selain illegal juga ruang geraknya menjadi tidak terkendali.
11) Sementara, problema lain justru muncul dengan adanya pengusaha yang memborong sembako kemudian melakukan reexporting. Permasalahan ini muncul karena sembako merupakan barang yang disubsidi pemerintah sehingga harganya rendah. Jika di luar negeri menjanjikan harga yang tinggi, maka pengusaha sering melakukan akal-akalan untuk menjual barang itu ke luar negeri. Repotnya kalau barang itu kemudian atas izin segelintir oknum pemerintahan didatangkan kembali ke Indonesia. Jika itu terjadi, mentalitas pelaku bisnis (dan pemerintahan) benar-benar perlu dipertanyakan.
12) Unsur subyektifitas muncul manakala peneliti melakukan teknik judgment dalam penghitungan SWOT. Namun dengan melakukan perbaikan teknik perhitungan, unsur subyektifitas ini diharapkan bisa dieliminasi. Untuk jelasnya silakan dilihat Widiyanto (1997), Persaingan Strategik: Analisis dan Implikasi SWOT, (Jakarta: CAUS).
13)Analisis SWOT ini merupakan perkembangan analisis SWOT konvensional.
14) Teknik perhitungan SWOT disini menggunakan berbagai metode misalnya Delphi, Regresi, Teknik Faktorial dls. Untuk lebih jelasnya lihat dan Widiyanto (1996), Profil Keunggulan Bersaing KUD Jatinom dan Widiyanto (1997), op.cit.


5. KOPERASI: PELUANG DAN TANTANGAN

Langkah selanjutnya dalam menganalisis SWOT adalah menginventarisasi faktor eksternal. Saat ini, peluang koperasi untuk mengembangkan sayap usahanya terbuka lebar sebab pemerintah sangat berpihak pada ekonomi kerakyatan yang melibatkan koperasi dan pengusaha kecil. Namun, demikian tantangan yang dihadapinya juga semakin kompleks. Tantangan itu berupa ketatnya persaingan pada bisnis mendatang karena selain diperlukan modal yang tidak sedikit langkah pengembangan sayap itu akan menghadapkan langsung koperasi pada pelaku bisnis swasta yang telah mapan dan lebih berpengalaman.

Sementara itu, dalam situasi krisis seperti ini, seandainya koperasi benar-benar dijadikan satu-satunya unit perantara barang terutama sembako, langkah ini justru, menurut hemat penulis, akan semakin merunyamkan distribusi sembako. Ini disebabkan akan terjadi suasana "tarik urat" antar sesama pelaku bisnis. Oleh karenany, langkah pendistribusian sembako harus juga disertai dengan merangkul (melibatkan) unit usaha lainnya. Tujuannya adalah agar suasana competing heads on tidak terjadi sehingga penataan distribusi barang bisa dilakukan dengan cermat dan baik.

Tantangan lain yang akan sangat menentukan kelangsungan hidup koperasi adalah dengan akan diundangkankannya peraturan tentang persaingan sehat di Indonesia. Kalau ini jadi diundangkan, maka koperasi harus segera menata kembali semua usaha andalan yang dimilikinya. Penataan kembali ini diperlukan sebab sudah menjadi rahasia umum bahwa usaha andalan koperasi bisa survive karena menikmati monopoli. Dalam konteks ini, kelangsungan usaha koperasi benar-benar dipertaruhkan. Oleh karenanya, profesionalisme pengelola dan manajemen koperasi perlu segera dioptimalkan agar bisa survive.

Secara umum, kebanyakan koperasi sebenarnya berada dalam posisi usaha spekulatif yakni koperasi memiliki peluang dan tantangan yang tinggi. 15)

Berdasarkan pembahasan singkat di atas dan temuan di lapangan dan menggunakan matriks 16 sel, strategi yang semestinya dilakukan koperasi secara umum adalah strategi defensif (bertahan). Dengan penentuan strategi bertahan ini, keputusan pemerintah untuk menunjukkan koperasi sebagai pelaksana distribusi barang, yang nota bene merupakan kegiatan usaha relatif baru, perlu dikaji kembali.

Secara khusus, hanya koperasi tertentu saja yang diharapkan mampu melakukan kegiatan usaha distribusi tersebut dalam jangka pendek ini. Koperasi ini adalah koperasi yang terbukti benar-benar sehat dan berpengalaman bisnis mandiri. Dengan kata lain, tidak semua KUD mandiri bisa menjadi pelaksana distribusi barang.

______________
15) ibid


6. PENUTUP

6.1. Kesimpulan

Koperasi yang dikenal sebagai soko guru perekonomian memiliki situasi yang dilematis. Sebagai badan usaha, koperasi mempunyai pesaing yang relatif lebih cepat geraknya. Sementara itu, gerak koperasi terkadang terhambat dengan munculnya persoalan pengawasan yang lemah. Persoalan yang sering muncul dari koperasi adalah tidak terciptanya social fairness position antara anggota dan pengelola koperasi. Persoalan ini jika tidak segera dipecahkan secara struktural akan melemahkan kehidupan koperasi.

Dengan menggunakan analisis SWOT, pengembangan usaha koperasi sebagai pelaksana distribusi barang perlu dikaji kembali. Ini didasarkan pada kondisi riil koperasi yang sering pada posisi yang kurang menguntungkan untuk melakukan ekspansi usaha. Selain itu, cara pandang berkoperasi perlu segera diperbaiki guna menghadapi persaingan di masa mendatang.

Akhirnya, dalam proses distribusi barang yang tidak kalah pentingnya adalah mentalitas dari pelaku bisnis. Rendahnya mentalitas pelaku bisnis akan sangat menyulitkan kesuksesan pendistribusian barang. Mentalitas pelaku bisnis akan semakin merusak sistem jika para pelaku bisnis melakukan tindakan kolusif alias "gotong royong".

6.2 Saran

Untuk perbaikan koperasi di masa mendatang, berikut ini disajikan beberapa saran yang mungkin diperlukan bagi pengembangan koperasi. Saran-saran tersebut:


* Secara praktis, sikap profesional pengurus dan manajer terhadap penguasaan manajemen usaha dan teknik berkoperasi perlu diperbaiki dan ditingkatkan. Tidak bisa dipungkiri jika keinginana untuk berkembang pada sebagian pengurus maupun manajer sangat rendah. Bahkan pengurus maupun manajer sering memandang ringan pendidikan/ training manajemen atau perkoperasian yang diberikan oleh berbagai lembaga konsultasi bisnis maupun pihak departemen koperasi sendiri yang tujuannya justru untuk menambah ketrampilan manajemen maupun berwiraswasta. Dalam suatu proses pendidikan/ training manajemen terhadap pengurus maupun manajer koperasi sering dijumpai "manajer bagian kursus" yakni orang yang dikirim oleh pengurus maupun manajer khusus untuk mengikuti kursus atau training tersebut. Sayangnya, ilmu yang diperoleh oleh "manajer bagian kursus" itu sangat jarang untuk ditularkan apalagi diterapkan pada unit koperasi yang bersangkutan padahal kinerja koperasi tersebut biasanya kurang baik. Untuk itu, sikap profesional pengurus maupun manajer perlu diubah seiring dengan semakin tingginya tuntutan dunia usaha.

* Tingkat pendidikan anggota perlu juga diperbaiki. Secara umum, rendahnya tingkat pendidikan anggota akan menyebabkan dominasi kekuasaan oleh sementara orang yang mengelola koperasi. Bila ini tidak dilakukan, proses perekayasaan keputusan melalui forum rapat anggota akan sulit dihindari. Sehingga hasil keputusan rapat anggotanya cenderung tidak menguntungkan kelangsungan hidup koperas itu sendiri.

* Fasilitas monopoli yang dimiliki koperasi saat ini perlu mulai dihilangkan. Langkah ini diperlukan untuk menyesuaikan dengan undang-undang persaingan sehat yang akan diintroduksi pemerintah dalam waktu dekat.

* Peranan departemen koperasi dan pembinaan pengusaha kecil sebagai instansi yang membina koperasi sebaiknya mulai dikurangi. Dengan konsep Social Darwinism, koperasi dibiarkan untuk melakukan restrukturisasi dan rerasionalisasi usahanya. Langkah ini diperlukan sebab pemberian paket program pemerintah kepada koperasi justru sering terbukti tidak mampu meningkatkan kinerja usaha. Bahkan ada sebagian koperasi justru merasa tertekan dengan program yang dicanangkan pemerintah. Contohnya penyaluran Urea Tablet yang akhirnya malah menyebabkan produksi padi di berbagai tempat menurun.

* Keberpihakan pemerintah kepada koperasi dan pembinaan pengusaha kecil sebaiknya tidak terus mematikan pengusaha yang sudah terlanjur besar sebab bagaimanapun pengusaha besar tetap diperlukan untuk mengejar pertumbuhan serta ketertinggalan ekonomi. Hanya saja dominasi kekuatan pasar sekarang perlu ditata kembali secara "fair".

REFERENSI:

David, Fred R (1992), Management Strategy, (New York: Richard D. Irwin)

Porter, Michael (1980), Competitive Advantage: Technique for Analyzing Industry,
(New York: Free Press)

Veblen, Theory of Entrepreuner, (Princeton: Princeton University)

Widiyanto (1996), Profil Keunggulan Bersaing KUD Jatinom,
(Semarang:BPMA-Undip)

--------- (1997), Persaingan Strategik: Analisis dan Implikasi SWOT, (Jakarta: CAUS)

---------(1997), Analisis Pemasaran, (Jakarta: CAUS)

William, Shepherd G. (1991), Public Policies Toward Business,
(New York: Richard D. Irwin)

---------(1997), The Economics of Industrial Organization,
(Upper Saddle River: Mc.Graw Hill)

Berbagai tulisan tentang koperasi dan bisnis lainnya


****

©1998, copy rights ada pada penulis. Halifax- Kanada, 31 Agustus 1998.
Silakan diperbanyak, dikutip dan digandakan asal menyebutkan sumbernya.

http://netseminar.tripod.com/widiyanto.htm

Aliran Kegiatan Distribusi Pemasaran

This post is also available in: English, French, German

Aliran distribusi pemasaran adalah aliran barang dari produsen ke konsumen dengan urutan kegiatan yang tertata rapi untuk meraih efisiensi proses pemasaran.

Dalam menyalurkan barang dari produsen ke konsumen, anggota-anggota saluran distribusi menjalankan sejumlah fungsi-fungsi utama dan terlibat dalam aliran kegiatan pemasaran sebagai berikut :

1. Informasi

Pengumpulan dan penyebaran informasi riset pemasaran tentang konsumen, pesaing, dan kekuatan atau pelaku business.cc”title=”" >pasar lain yang ada sekarang maupun yang potensial dalam lingkungan pemasaran.

2. Promosi

Pengembangan dan penyebaran komunikasi persuasif tentang penawaran untuk memikat pembeli.

3. Negosiasi

Usaha untuk mencapai kesepakatan tentang harga atau masalah lainnya yang memungkinkan timbulnya perpindahan hak milik.

4. Pemesanan

Komunikasi mundur untuk menyampaikan informasi minat beli para anggota saluran distribusi.

5. Pembiayaan – Pembelanjaan

Usaha memperoleh dan mengalokasikan dana untuk menutup biaya biaya persediaan pada tingkat-tingkat saluran distribusi yang berbeda.

6. Pengambilan Risiko

Memperkirakan risiko yang berkailan dengan tugas tugas mendistribusikan.

7. Kepemilikan Secara Fisik

Mengatur urutan penyimpanan dan pemindahan produk fisik mulai dan bahan mentah hingga ke konsumen akhir.

8. Pembayaran

Pembayaran faktur-faktur pembelian melalui bank.

9. Pemindahan Aktual Hak Milik

Memindahkan secara aktual hak milik dari satu pihak ke pihak lainnya.

http://www.smakristencilacap.com/arti-pemasaran-dan-manajemen-pemasaran/aliran-kegiatan-pemasaran/

PROSES DISTRIBUSI BARANG

a. Prosedur Umum



- Bagian Distribusi dalam melaksanakan proses distribusi barang ke unit hanya berpedoman pada PPB (Perintah Pengiriman Barang) yang dikeluarkan oleh Pejabat yang berwenang.

- Unit hanya menerima barang yang dikirim oleh staf Distribusi UPT Logistik, atau dalam kondisi khusus, unit dapat menerima barang yang dikirim oleh penyedia barang yang didampingi oleh staf Distribusi UPT Logistik. Jika barang dikirim langsung penyedia barang, maka unit harus menolak barang tersebut.

- Yang dijadikan acuan oleh unit kerja dalam proses penerimaan barang dari UPT Logistik adalah Dokumen Jalur Pengadaan dan / atau Berita Acara Rapat Penjelasan (Aanwijziing).



b. Proses Distribusi Barang Dengan Status Melalui Penyimpanan di Gudang



1. Bagian Distribusi melakukan proses pengiriman barang dengan membawa Bukti Serah Terima Barang.
2. Barang disampaikan kepada perwakilan dari unit yang ditunjuk oleh Pimpinan Unit. Sebelum dilaksanakan proses penerimaan barang oleh unit, bagian Distribusi harus meminta perwakilan unit untuk memeriksa seluruh barang. Apabila barang yang dikirim oleh bagian Distribusi kepada unit menyertakan garansi atau jaminan masa purna jual, maka bagian Distribusi harus memberitahukan kepada unit perihal adanya garansi atau jaminan masa purna jual, disertai informasi masa berlaku dan proses klaim atas garansi atau jaminan masa purna jual barang dimaksud.
3. Setelah diperiksa oleh perwakilan unit, apabila barang dinyatakan telah sesuai dengan spesifikasi barang yang dibutuhkan oleh unit, selanjutnya dilakukan proses serah terima barang dari bagian Distribusi kepada unit, ditandai dengan penandatanganan bukti serah terima barang. Selanjutnya 1 (satu) rangkap bukti serah terima barang, diserahkan kepada perwakilan unit.





4. Apabila setelah diperiksa oleh perwakilan unit, ternyata barang tidak sesuai dengan spesifikasi barang yang dibutuhkan oleh unit, maka unit dapat mengajukan penolakan barang. Penolakan barang oleh unit kerja dapat disebabkan oleh faktor : barang tidak sesuai kuantitas (jumlah), barang tidak sesuai spesifikasi dan barang tidak berfungsi.
5. Apabila barang yang ditolak unit telah diganti oleh penyedia barang, selanjutnya barang pengganti didistribusikan ke unit sesuai SOP Pengiriman Barang ke Unit.



c. Proses Distribusi Barang Dengan Status Barang Tidak Melalui Penyimpanan di Gudang



1. Apabila bagian Gudang telah menerima barang dari penyedia barang sesuai prosedur yang berlaku, selanjutnya bagian Gudang berkoordinasi dengan bagian Distribusi perihal penitipan barang-barang tersebut ke masing-masing unit yang bertindak selaku pengguna dari barang-barang dimaksud.

2. Bagian Distribusi meminta perwakilan unit untuk memeriksa spesifikasi Barang. Apabila barang menyertakan garansi atau jaminan masa purna jual, maka bagian Distribusi harus memberitahukan kepada unit perihal adanya garansi atau jaminan masa purna jual, disertai informasi masa berlaku dan proses klaim atas garansi atau jaminan masa purna jual barang dimaksud.

3. Setelah diperiksa oleh perwakilan unit, apabila barang dinyatakan telah sesuai dengan spesifikasi barang yang dibutuhkan oleh unit, selanjutnya dilakukan proses serah terima barang dari bagian Gudang kepada unit, ditandai dengan penandatanganan bukti serah terima barang. Selanjutnya 1 (satu) rangkap daftar pengiriman barang ke unit.

4. Apabila setelah diperiksa oleh perwakilan unit, ternyata barang tidak sesuai dengan spesifikasi barang yang dibutuhkan oleh unit, maka unit dapat mengajukan penolakan barang. Penolakan barang oleh unit kerja dapat disebabkan oleh faktor : barang tidak sesuai kuantitas (jumlah), barang tidak sesuai spesifikasi dan barang tidak berfungsi.

5. Apabila barang yang ditolak unit telah diganti oleh penyedia barang, selanjutnya barang pengganti harus didistribusikan ke unit sesuai SOP Pengiriman Barang ke Unit.

http://logistik.itb.ac.id/Web_Pengadaan/Lokakarya/SOP.htm